Top Social

Murder on the Orient Express 2017 (Buku dan Film)

|
MotOE sampul film (GPU)

Baru-baru ini karya fiksi berjudul Murder on the Orient Express karangan Agatha Christie (AC) difilmkan. Sebenarnya sudah lama dan sudah banyak karya-karya AC yang dibuatkan filmnya. Hanya saja setiap kali bentuk filmnya muncul, mesti selalu dinanti oleh para penggemar AC yang tidak terhitung banyaknya. Karena karya-karya misteri/triler AC memang tidak pernah lekang oleh waktu.

Sementara saya sendiri bukan salah satu penggemar AC, meskipun menyukai karya-karyanya. Untuk Murder on the Orient Express (MotOE) sendiri saya malah menonton filmnya terlebih dahulu. Film yang mana? Tentu saja film keluaran terbaru (2017) hasil besutan Kenneth Branagh yang menjadi sutradara sekaligus pemeran utama. Lantas setelah nonton jadi malas baca, gitu? Yang terjadi pada saya justru sebaliknya. Saya malah bersemangat membaca ceritanya dan sedikit membandingkan cerita dalam buku dan film yang sekarang ini.
***
Alkisah seorang Hercule Poirot baru saja memulai perjalanannya kembali dari Aleppo, Syiria menuju Turki dengan Taurus Express. Di Turki, Poirot malah mendapat telegram yang memintanya untuk kembali pulang ke London dan memecahkan sebuah kasus. Akhirnya Poirot pun menumpang Simplon-Orient Express malam itu juga yang sayangnya sudah penuh sehingga detektif Belgia itu tidak bisa mendapatkan kamar kelas satu. Beruntung Monsieur Bouc, teman Poirot yang juga direktur the Wagon Lit Train Service, berhasil mendapatkan kamar untuknya.

Malam itu Orient Express memang penuh dengan penumpang dari beragam bangsa dan latar belakang. Hal ini menarik perhatian M. Bouc dan juga Poirot sendiri. Yang paling menarik perhatian adalah seorang Amerika bernama Rachett. Ia digambarkan sebagai lelaki kelas atas yang ramah dan punya pesona namun bengis hatinya.

Suatu malam menjelang pagi, Rachett tewas dengan luka tusukan belasan kali. Ketika itu kereta tengah berhenti karena badai salju. Dapat dipastikan si pembunuh tidak dapat kabur dari kereta karena badai. Lantas Poirot dibantu M. Bouc dan Dr. Constantine, seorang dokter Yunani harus memecahkan kasus itu dan menemukan pembunuhnya.
***

Setidaknya itulah ringkasan yang saya tangkap dari cerita aslinya (novel). Kemudian saya sedikit membandingkannya dengan filmnya (2017). Beberapa karakter tampak berbeda dari yang saya bayangkan. Hercule Poirot misalnya yang dalam film kali ini diperankan oleh Kenneth Branagh, tidak berambut hitam, melainkan abu-abu dengan kumis yang sangat besar dan lucu. Kemudian M. Bouc yang berkarakter sebagai laki-laki yang cenderung lebih muda dari imajinasi saya dan tampan. Begitu juga dengan sosok Rachett yang diperankan oleh Johnny Depp. Bayangan saya tentang Rachett adalah sosok lelaki tua (tidak terlalu tua sih) yang memiliki air muka sarat pengalaman dan licik. Rachett yang diperankan Depp memang berhasil memperlihatkan kelicikan bagai musang, namun ia belum terlalu tua untuk seorang Rachett.

Ada juga karakter yang sepertinya tidak ada dalam film, cmiiw. Sepertinya Dr. Constantine tidak dimunculkan sama sekali. Jadi memang Poirot di film lebih banyak bekerja sendiri baik ketika mewawancara para saksi dan menganalisa kasus. Saya tidak memiliki kecenderungan pro dan kontra yang mana, yang jelas peran Poirot dalam cerita aslinya ataupun film sama-sama dominan layaknya sosok detektif yang seharusnya.

Ada lagi tokoh yang berganti karakter dan nama. Seperti tokoh Pilar Estravados yang diperankan oleh Penelope Cruz. Awalnya saya bertanya-tanya siapa Pilar Estravados ini. Setelah mengulik kembali novelnya, saya sampai pada satu kesimpulan bahwa Greta Ohlsson, perempuan Swedia dalam novel telah digantikan oleh Pilar Extravados (barangkali diambil dari karakter lain dari novel AC lainnya). Begitu juga tokoh Antonio Foscarelli yang berganti nama menjadi Biniamio Marquez dalam film.

Saya pribadi tidak masalah dengan sedikit perubahan pada film. Toh itu tidak mengurangi alur cerita secara keseluruhan. Malah jadi tambah seru dibandingkan cerita aslinya (novel). Bagi yang belum membaca ataupun menonton film MotOE sama sekali, jangan bingung memilih. Membaca novelnya dulu ataupun menonton filmnya dulu sama saja. Keduanya sama-sama asyik. Saran saya cuma satu, jadilah pembaca dan penonton yang open-minded, tidak saklek dengan asumsi pribadi. Yah mungkin banyak juga pengalaman mengecewakan karena menonton film berbasis novel. Tapi tetap tidak ada salahnya menonton film yang satu ini. :)

Data buku

Judul: Murder on the Orient Express
Pengarang: Agatha Christie
Jumlah Halaman: 252
Tanggal Terbit: Oct 2, 2017
ISBN: 9789792229806
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature