Judul: The Lodger
Pengarang: Marie Belloc Lowndes
Penerjemah: Nadia Andryani
Genre: Thriller, Mystery, Horror, Classic
Penerbit: Tangga Pustaka, 2013 (Pertama kali terbit 1913)
Tebal: 414 halaman
London terusik oleh rentetan teror dan pembunuhan. Ada empat pembunuhan brutal terjadi dalam waktu berdekatan. Pada pembunuhan ketiga dan keempat di pakaian korban disematkan secarik kertas berbentuk segitiga bertuliskan 'Si Penuntut Balas' menggunakan tinta merah. Keempat korbannya adalah perempuan yang gemar mabuk dan sutra berkeliaran pada malam hari. Lalu, terjadi pembunuhan kelima. Pesan yang ditinggalkan pun tetap sama: 'Si Penuntut Balas'.
Scotland Yard (Markas Kepolisian London) akhirnya menurunkan seluruh personil untuk mengusutnya. Namun, tetap saja, 'Si Penuntut Balas' belum juga tertangkap. Media dan masyarakat pun makin ramai membicarakan "Si Penuntut Balas". Scotland Yard geram, dan menyebarkan 5.000 personilnya untuk menjaga malam Kota London. Namun, hasilnya, dua pembunuhan terjadi lagi dalam selang waktu berbeda menit. Dan, seperti pembunuhan sebelumnya, si pelaku hanya meninggalkan jejak sebuah nama: 'Si Penuntut Balas'.
Pembunuhan demi pembunuhan terus terjadi. Jumlah korban 'Si Penuntut Balas' pun menjadi sebelas orang perempuan. Semuanya penyuka alkohol dan gemar berkeliaran pada malam hari. Apa sebenarnya yang diinginkan 'Si Penuntut Balas'? Benarkah pelakunya adalah seorang maniak religius? Akan terus bertambahkah jumlah korbannya? Berhasilkah para penegak hukum menghentikan aksi horor brutalnya? (Goodreads)
Pada awalnya aku skeptis membaca buku ini. Klasik, horor, aduh kuat ga ya bacanya? Namun ketika membaca, syukurlah buku ini termasuk yang page-turning. Mungkin salah satunya karena ukuran font yang besar dan spasi yang lega yah, jadi ketika membaca rasanya menyenangkan saja begitu.
Oke, yang aku suka dari novel ini adalah gaya penulis yang mudah mengombang-ambing perasaan pembaca. Bikin gemes rasanya. Kok ya itu pembunuh ada dalam jarak sangat-sangat dekat ga ketangkep terus. Gara-gara ini aku jadi sebel sama tokoh Ellen Bunting, pengen unyeng-unyeng pipinya si ibu tua itu rasanya. Hanya karena dia orang yang kolot dan relijius, tanpa sadar ia menyembunyikan kecurigaan dirinya dan menutupi keberadaan the lodger.
Sebenarnya cerita ini bukanlah jenis cerita yang mengharuskan kita menebak siapa sebenarnya si pembunuh. Karena secara naluri memang mudah ditebak siapa itu dia. So, ini lebih kepada sisi psikologis saja. Pengarang sengaja membuat para pembaca gemes ternyata hehe.
Lalu, apakah novel ini termasuk worth it dibaca? Saya kira iya. Recommended kok buat para penggemar cerita misteri. :)
Ulasan ini diikutsertakan pada Posting Bareng Bacaan Thriller dan Horror BBI November 2013 dan juga New Author RC oleh Ren.
Pengarang: Marie Belloc Lowndes
Penerjemah: Nadia Andryani
Genre: Thriller, Mystery, Horror, Classic
Penerbit: Tangga Pustaka, 2013 (Pertama kali terbit 1913)
Tebal: 414 halaman
London terusik oleh rentetan teror dan pembunuhan. Ada empat pembunuhan brutal terjadi dalam waktu berdekatan. Pada pembunuhan ketiga dan keempat di pakaian korban disematkan secarik kertas berbentuk segitiga bertuliskan 'Si Penuntut Balas' menggunakan tinta merah. Keempat korbannya adalah perempuan yang gemar mabuk dan sutra berkeliaran pada malam hari. Lalu, terjadi pembunuhan kelima. Pesan yang ditinggalkan pun tetap sama: 'Si Penuntut Balas'.
Scotland Yard (Markas Kepolisian London) akhirnya menurunkan seluruh personil untuk mengusutnya. Namun, tetap saja, 'Si Penuntut Balas' belum juga tertangkap. Media dan masyarakat pun makin ramai membicarakan "Si Penuntut Balas". Scotland Yard geram, dan menyebarkan 5.000 personilnya untuk menjaga malam Kota London. Namun, hasilnya, dua pembunuhan terjadi lagi dalam selang waktu berbeda menit. Dan, seperti pembunuhan sebelumnya, si pelaku hanya meninggalkan jejak sebuah nama: 'Si Penuntut Balas'.
Pembunuhan demi pembunuhan terus terjadi. Jumlah korban 'Si Penuntut Balas' pun menjadi sebelas orang perempuan. Semuanya penyuka alkohol dan gemar berkeliaran pada malam hari. Apa sebenarnya yang diinginkan 'Si Penuntut Balas'? Benarkah pelakunya adalah seorang maniak religius? Akan terus bertambahkah jumlah korbannya? Berhasilkah para penegak hukum menghentikan aksi horor brutalnya? (Goodreads)
Pada awalnya aku skeptis membaca buku ini. Klasik, horor, aduh kuat ga ya bacanya? Namun ketika membaca, syukurlah buku ini termasuk yang page-turning. Mungkin salah satunya karena ukuran font yang besar dan spasi yang lega yah, jadi ketika membaca rasanya menyenangkan saja begitu.
Oke, yang aku suka dari novel ini adalah gaya penulis yang mudah mengombang-ambing perasaan pembaca. Bikin gemes rasanya. Kok ya itu pembunuh ada dalam jarak sangat-sangat dekat ga ketangkep terus. Gara-gara ini aku jadi sebel sama tokoh Ellen Bunting, pengen unyeng-unyeng pipinya si ibu tua itu rasanya. Hanya karena dia orang yang kolot dan relijius, tanpa sadar ia menyembunyikan kecurigaan dirinya dan menutupi keberadaan the lodger.
Sebenarnya cerita ini bukanlah jenis cerita yang mengharuskan kita menebak siapa sebenarnya si pembunuh. Karena secara naluri memang mudah ditebak siapa itu dia. So, ini lebih kepada sisi psikologis saja. Pengarang sengaja membuat para pembaca gemes ternyata hehe.
Lalu, apakah novel ini termasuk worth it dibaca? Saya kira iya. Recommended kok buat para penggemar cerita misteri. :)
Ulasan ini diikutsertakan pada Posting Bareng Bacaan Thriller dan Horror BBI November 2013 dan juga New Author RC oleh Ren.
Berdasarkan kisah Jack the Ripper rupanya. Korban dibunuh secara keji nggak, kayak korban-korban Jack the Ripper?
ReplyDelete"Keempat korbannya adalah perempuan yang gemar mabuk dan sutra berkeliaran pada malam hari." <--- semoga maksudnya bukan 'pelacur'. Hehe.
iya secara keji.. tapi ga digambarin detail gimana dia bunuhnya.. jadi mgkn buku ini lbh ke horor psikologis...
Deletekayaknya keren ya. kejinya mengerikan berdarah2 digambarkan dengan gamblang atau gimana mbak? maksudnya horror bange ga gitu :D
ReplyDelete