Top Social

Kilas Buku: Rumah Pohon di Tengah Hutan

|
Rumah Pohon di Tengah Hutan
Judul Asli: Hollow Tree House
Pengarang: Enid Mary Blyton
Alihbahasa: Melani Lijadi
Tebal: 227 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke-2, Mei 1993
Harga: Buku ini pinjam dari Mbak AS Dewi
Usia layak baca:  mulai usia 8 tahun

Peter dan Susan Frost adalah dua kakak beradik yatim piatu yang malang. Peter berusia 11 tahun dan sementara Susan berusia 9 tahun. Mereka tinggal bersama dengan Paman dan Bibi mereka setelah ibu mereka meninggal. Namun tinggal di rumah Paman dan Bibinya sendiri bukanlah hal yang menentramkan bagi mereka. Bibi Margaret, istri dari Pamannya, sangatlah galak. Bibi selalu mengomel tentang apa saja khususnya tentang Paman yang selalu bermalas-malasan bekerja sehingga selalu dipecat dari pekerjaannya. Bukan itu saja yang ia keluhkan, Peter dan Susan juga selalu ia keluhkan setiap saat. Ia tidak menyukai anak-anak yatim-piatu itu dan seringkali menyesal bahwa suaminya sudah sok baik dengan mencoba menolong mereka untuk tinggal bersama.

Meski Peter dan Susan tidak memiliki tabiat yang sama dengan Paman mereka, yang artinya mereka selalu rajin membantu Bibi Margaret, tetap saja perempuan itu tidak mau berhenti mengomel dan menyalahkan anak-anak kecil tak berdosa itu. Sehingga Peter dan Susan selalu merasa sengsara ketika mereka berada di dalam rumah.

Peter dan Angela memiliki sahabat baik bernama Angela dan juga anjingnya, Bino. Mereka tidak bertemu di sekolah karena Angela belajar di rumahnya dengan mendatangkan guru setiap hari bernama Nona Blair. Namun mereka bertemu di Sekolah Minggu dan mulai berteman dengan baik. Mereka bertiga dan tentunya dengan Bino senang sekali main dan berpiknik di pinggir hutan. Pada suatu hari Bino terjebak di dalam pohon Ek yang sangat besar dan Peter, Angela dan Susan mencoba menolongnya. Pada saat itulah mereka menemukan pohon yang di dalam batangnya kosong dan luas sehingga dapat dijadikan rumah. Sejak saat itu Peter, Susan dan Angela mulai membangun rumah pohon sendiri. Dan mereka pun mulai melakukan petualangan dan piknik di rumah pohon itu sering-sering.

Suatu hari Paman bertengkar dengan Bibi dan akhirnya memutuskan untuk benar-benar pergi dari rumah. Hal ini membuat Peter dan Susan harus dititipkan di Panti Asuhan. Anak-anak malang itu sangat sedih mengetahui hal ini dan mencoba membujuk Bibi Margaret agar merubah pikirannya. Namun Bibi tetap bersikeras untuk menitipkan mereka di Panti Asuhan. Karena tetap tidak ingin tinggal di Panti Asuhan, Peter dan Susan pun kabur dari rumah pada tengah malam menuju Rumah Pohon dan menetap di sana sementara waktu. Tidak ada seorang pun mengetahui hal ini kecuali Angela dan Bino. Mereka datang setiap hari dan membawa makanan lebih untuk Peter dan Susan. Namun pada suatu waktu Angela tidak datang dan mereka mulai resah di tengah kekhawatiran dan persediaan makanan yang kian menipis. Peter dan Susan memutuskan untuk pergi ke rumah Angela di tengah malam untuk mengetahui apa yang terjadi, meski hal itu beresiko tinggi tempat persembunyian mereka diketahui orang lain.

Membaca novel ini menyenangkan karena saya membayangkan betapa asyiknya bermain di rumah pohon dan menganggap seolah-olah itu adalah rumah kita sendiri. Namun tentu saja saya tidak dapat bisa membayangkan jika saya menjadi seperti Peter dan Susan yang sebatang kara. Pastilah sangat sedih dan nelangsa. Apalagi mereka hanyalah anak kecil yang tidak tahu harus melakukan apa tanpa pertolongan orang dewasa. bersyukur mereka memiliki Angela, sahabat yang baik hati dengan keluarganya yang baik pula yang mau membantu mereka keluar dari kesulitan. Sehingga Peter dan Susan dapat menjalani hidup dengan sedikit menyenangkan dan pura-pura tidak peduli pada kesengsaraan mereka.

Bagaimana dengan Bibi Margaret? Ya, Bibi Margaret dalam novel ini menjadi karakter yang antagonis. Jujur, saya kurang suka dengan karakternya yang sinis terhadap anak-anak. Tapi pastinya ini ada alasan kuat kenapa Bibi Margaret berlaku seperti itu. Seperti yang juga digambarkan Blyton lewat dialog Peter dan Susan yang menerangkan bahwa jika saja Paman tidak malas dan semangat bekerja, mungkin ia tidak akan terus menerus dipecat dan mampu menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan Bibi Margaret. Jadi faktor ekstrinsik yang menyebabkan Bibi Margaret menjadi antagonis merupakan faktor yang utama. Karena di akhir cerita pun digambarkan kondisi yang kontras mengenai Bibi Margaret, yakni ia menjadi pendiam sama sekali tidak seperti dirinya yang biasa. Mungkin karena dalam hati Bibi merasa kesepian yang sangat namun begitu gengsi untuk mengungkapkannya.

Tapi pada akhirnya, syukurlah, Peter dan Susan diasuh oleh ayah dan ibu dari Angela. Dan jadilah akhir yang bahagia. :)

Anak-anak yang sudah mampu membaca dengan lancar, katakanlah mulai 8 tahun (atau jika anak 7 tahun sudah lancar membaca maka juga baik bagi mereka), cocok membaca buku petualangan seperti ini. Mereka dapat berimajinasi bagaimana Peter, Susan dan Angela berpiknik dan menemukan rumah pohon dalam
hutan. Dan jadinya, anak-anak pun akan bermimpi untuk bermain di luar rumah, di tengah pohon-pohon hijau daripada bermain online dengan komputer mereka terus menerus. Pada akhirnya akan menjadi nilai positif bagi anak-anak, tentunya jika orang tuanya mendukung dengan sangat baik. :)

***
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 2 oleh Bzee dan Read-a-long with Enid Blyton oleh Hobby Buku. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini dan disini.
1 comment on "Kilas Buku: Rumah Pohon di Tengah Hutan"
  1. aahhh.. msh blm berjodoh buat baca ulang nih buku padahal udah kangen XD

    ReplyDelete

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature