Judul: The Perks of Being a Wallflower (Pinjam dari Mbak AS Dewi)
Pengarang: Stephen Chbosky
Tebal: 231 halaman
Penerbit: Pockets Book
Cetakan: II / 2 Februari 2009
Rating: 4/5
Usia Kelayakan Baca: 16 tahun keatas
Award: the ALA Best Books for Young Adults award (2000); the ALA Popular Paperbacks for Young Adults award (2002) and the ALA Quick Picks for Reluctant Young Adult Readers award (2000)
***
Charlie, seorang remaja berusia 15 tahun gugup pada hari pertamanya sekolah di jenjang yang baru. Pada dasarnya Charlie memang ramaja yang cerdas namun mudah gugup, pemalu dan pasif. Hal ini ditambah dengan kematian sahabatnya Michael beberapa bulan menjelang ia bersekolah di sekolah menengah.
Charlie mengatasi rasa gugupnya ini dengan menulis buku harian. Ia menuliskan apa saja yang terjadi dan beberapa pendapatnya yang tidak mungkin ia ungkapkan kepada orang lain secara tidak langsung. Dengan bercerita kepada buku harian ia merasa hidupnya lebih lega. Pada suatu hari Charlie berkenalan dengan senior di sekolahnya yakni Patrick dan Sam yang merupakan kakak beradik beda ayah dan ibu. Dengan Patrick dan Sam-lah Charlie mulai belajar bergaul dengan orang lain. Tak hanya itu, lewat Patrick dan Sam, Charlie juga mulai belajar hal-hal yang selama ini tidak pernah ia lakukan seperti sex dan obat-obatan.
Pada akhirnya Charlie belajar banyak hal mengenai dirinya sendiri dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Semakin banyak ia belajar tentang apa yang ia lihat dan ia alami, semakin ia bertumbuh dewasa.
***
Wow.. so, hey Mbak Dewi, Thanks a bunch for lending me this book! Pertama kali baca, saya merasa kok novel ini agak-agak mirip ya dengan novel The Catcher in The Rye, dan ketika saya lihat ulang covernya, ternyata ada testimoni yang menyebut-nyebut bahwa novel ini mengikuti tradisi The Catcher in the Rye. Ditambah si tokoh Charlie pun digambarkan membaca novel JD Salinger tsb sebanya 3-4 kali hehe. Apa pasal saya menyangka novel ini memiliki pola yang sama dengan The Catcher in The Rye? Jadi dalam novel The Perks of Being a Wallflower ini, Charlie sering menulis, "To tell you the truth..." ketika memulai kalimat. Sementara tokoh Holden sering menulis, "I tell you the truth..". Mirip kan? Tapi lets me check lagi dalam novel The Catcher in The Rye, apa memang benar-benar sama.
Secara keseluruhan, penulis mampu menggambarkan bagaimana cerita sosok remaja gugup bernama Charlie tumbuh dan berubah secara psikologis lewat tulisan buku hariannya. Dan untuk itu, saya merekomendasikan novel ini bisa dibaca oleh para remaja mulai usia mereka 16 atau 17 tahun keatas.
Novel ini baru saja dirilis filmnya pada tahun 2012 kemarin dengan judul yang sama. Sutradara dan pihak yang bertanggung jawab untuk scene gambarnya pun adalah penulis dari novel ini yakni; Stephen Chbosky. Maklum saja karena Chbosky aslinya bukanlah penulis, melainkan pekerja di bidang film. Dan the Perks of Being a Wallflower adalah novel pertamanya.
Sama seperti novelnya, film ini juga mendapat banyak penghargaan, bisa dilihat disini.
***
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 1. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini.
Pengarang: Stephen Chbosky
Tebal: 231 halaman
Penerbit: Pockets Book
Cetakan: II / 2 Februari 2009
Rating: 4/5
Usia Kelayakan Baca: 16 tahun keatas
Award: the ALA Best Books for Young Adults award (2000); the ALA Popular Paperbacks for Young Adults award (2002) and the ALA Quick Picks for Reluctant Young Adult Readers award (2000)
***
"We accept love we think we deserve"
Charlie, seorang remaja berusia 15 tahun gugup pada hari pertamanya sekolah di jenjang yang baru. Pada dasarnya Charlie memang ramaja yang cerdas namun mudah gugup, pemalu dan pasif. Hal ini ditambah dengan kematian sahabatnya Michael beberapa bulan menjelang ia bersekolah di sekolah menengah.
Charlie mengatasi rasa gugupnya ini dengan menulis buku harian. Ia menuliskan apa saja yang terjadi dan beberapa pendapatnya yang tidak mungkin ia ungkapkan kepada orang lain secara tidak langsung. Dengan bercerita kepada buku harian ia merasa hidupnya lebih lega. Pada suatu hari Charlie berkenalan dengan senior di sekolahnya yakni Patrick dan Sam yang merupakan kakak beradik beda ayah dan ibu. Dengan Patrick dan Sam-lah Charlie mulai belajar bergaul dengan orang lain. Tak hanya itu, lewat Patrick dan Sam, Charlie juga mulai belajar hal-hal yang selama ini tidak pernah ia lakukan seperti sex dan obat-obatan.
Pada akhirnya Charlie belajar banyak hal mengenai dirinya sendiri dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Semakin banyak ia belajar tentang apa yang ia lihat dan ia alami, semakin ia bertumbuh dewasa.
“So, this is my life. And I want you to know that I am both happy and sad and I'm still trying to figure out how that could be.”
Wow.. so, hey Mbak Dewi, Thanks a bunch for lending me this book! Pertama kali baca, saya merasa kok novel ini agak-agak mirip ya dengan novel The Catcher in The Rye, dan ketika saya lihat ulang covernya, ternyata ada testimoni yang menyebut-nyebut bahwa novel ini mengikuti tradisi The Catcher in the Rye. Ditambah si tokoh Charlie pun digambarkan membaca novel JD Salinger tsb sebanya 3-4 kali hehe. Apa pasal saya menyangka novel ini memiliki pola yang sama dengan The Catcher in The Rye? Jadi dalam novel The Perks of Being a Wallflower ini, Charlie sering menulis, "To tell you the truth..." ketika memulai kalimat. Sementara tokoh Holden sering menulis, "I tell you the truth..". Mirip kan? Tapi lets me check lagi dalam novel The Catcher in The Rye, apa memang benar-benar sama.
Secara keseluruhan, penulis mampu menggambarkan bagaimana cerita sosok remaja gugup bernama Charlie tumbuh dan berubah secara psikologis lewat tulisan buku hariannya. Dan untuk itu, saya merekomendasikan novel ini bisa dibaca oleh para remaja mulai usia mereka 16 atau 17 tahun keatas.
Novel ini baru saja dirilis filmnya pada tahun 2012 kemarin dengan judul yang sama. Sutradara dan pihak yang bertanggung jawab untuk scene gambarnya pun adalah penulis dari novel ini yakni; Stephen Chbosky. Maklum saja karena Chbosky aslinya bukanlah penulis, melainkan pekerja di bidang film. Dan the Perks of Being a Wallflower adalah novel pertamanya.
Film The Perks of Being a Wallflower (2012) yang diperankan oleh Logan Lerman, Emma Watson dan Ezra Miller. Sumber: Wikipedia |
***
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 1. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini.
aaah. penerbit mana penerbit. terjemahin dong buku ini.
ReplyDeletehehe.. :D
DeleteYaaayyyy.....Keren kan buku ini? Seneng deh kalo kamu suka ^_^
ReplyDeleteAnyhoo....aku kok gak berharap buku ini diterjemahkan ya? Takut keindahannya berkurang
Aku juga nunggu terjemahannya, rasanya rada malas kalo baca inggrisnya, hihi..
ReplyDeleteMbak, masa untuk bacaan anak sih. Itu ada bumbu free seks nya. Kalo dewasa muda rasanya iya . Memang paling asik baca buku dalam bahasa aslinya. Hawanya beda. Saya juga review buku ini lo . http://susunanbuku.blogspot.com/2013/03/review-perks-of-being-wallflower.html?m=0#links
ReplyDeleteSaya sebut diatas 16 tahun kan. Saya rasa usia segitu sudah cukup paham dengan apa yg terkandung dlm buku tsb. Tapi itu opini saya. Mungkin menurut kamu ini memang lbh pas dibaca usia 21th.
DeleteMbak Dila , maaf saya lupa Batasan umur anak adalah sampai 21 th. Saya berkomentar begitu karena saya lihat Dila ikut kan dalam Fun Year event children literature. Mungkin saya kuno ya, tapi anak abg itu mereka mencari identitas, saat2 dimana pengaruh buruk lebih mudah masuk. Saya setuju bacaan ini bisa dibaca remaja dng parental guidance. Begitu lo ceritanya. Maaf kalau bikin tidak nyaman mbak Dila. Terima kasih
ReplyDeletehehe gapapa mbak lala.. saya juga butuh masih rada-rada bingung ini masuk buku yg harus dibaca oleh siapa dan siapa sebenernya. well, thanks for giving suggestion then :)
Deletemaaf mau tanya, buku ini udah terbit dalam bahasa Indonesia belum ya?
ReplyDelete