Pengarang: Sybill Affiat
Penerbit: Stiletto Book
Cetakan: I, Januari 2013
Tebal: 202 halaman
Samara baru saja dipecat dengan alasan yang menurutnya kurang masuk akal. Ia pun berjalan tanpa arah menuju sebuah pusat perbelanjaan. Tanpa diharapkan peristiwa aneh terjadi padanya. Pasukan lalat mengerubunginya tiba-tiba, diikuti munculnya seorang perempuan tua renta yang menyeramkan dan mencoba mengatakan sesuatu kepadanya.
Beberapa bulan kemudian, ia mendapatkan pekerjaan baru. Dalam waktu singkat ia sudah bisa mendapatkan segala apa yang diinginkannya termasuk apartemen mewah pemberian bos besarnya, Lea. Namun banyak hal yang tidak masuk akal seiring perjalanan karirnya. Ia menyadari banyak hal salah yang ia lakukan, namun entah mengapa ia malah sangat menikmatinya. Akhirnya ia pun segera mengetahui jawabannya. Ternyata perempuan tua yang sering menghantuinya selama ini merupakan rambu peringatan baginya.
***
Horror! Begitu kesan saya ketika membaca sinopsis novel ini pada sampul belakangnya. Saya mencoba menguatkan diri untuk membacanya karena jujur, saya termasuk jenis orang yang penakut. Namun karena novel ini adalah pemberian langsung dari penulisnya (lewat BBI) jadi saya pun harus melakukan usaha yang terbaik. Maka akhirnya saya mampu menyelesaikan novel ini dalam jangka waktu kurang dari dua jam.
Lewat novel keduanya ini, sang pengarang, Sybill, mencoba menggambarkan kepada para pembaca tentang kehidupan hedonis yang marak di sekitar kita. Rasa-rasanya para kaum yang memuja kekayaan dan kehidupan gemerlap merasa bahagia tanpa akhir, seperti hidup selamanya. Namun ternyata tidak begitu adanya. Kebahagiaan yang mereka genggam adalah kebahagiaan semu dan hanya membawa kesedihan bagi hati nurani. Hal ini pengarang mencoba mengungkapkannya melalui karakter Samara, seorang gadis cantik yang hidup tegar dari kemiskinan yang pada akhirnya terjerumus pada kehidupan gemerlap.
Sebenarnya Samara tidak akan seperti itu jika ia bukan keturunan manusia yang hidup abadi dengan memuja setan. Lalu apa tumbalnya? Tumbalnya adalah menjalani kehidupan gemerlap; seks bebas, narkoba dan menghancurkan kehidupan orang lain dengan rasa dendam kesumat. Lalu apakah Samara mampu keluar dari lingkaran hedonis yang mengelilinginya dan melawan nenek moyangnya yang telah berubah seperti setan?
Lewat perjalanan hidup Samara, penulis mengungkapkan pendapatnya, bahwa hidup itu pilihan. Tidak ada yang pernah memaksa seseorang untuk mengikuti jalan tertentu. Setan-setan hanya bertugas untuk menggoda sampai kemampuan yang mereka punya, sementara manusia diberi senjata oleh Tuhan untuk bertahan dan berpikir mana jalan yang baik bagi mereka. Maka itulah sebabnya harta kekayaan dan segala sesuatu yang kita lihat sangat indah dijadikan-Nya sebagai bentuk ujian bagi manusia. Karena sesungguhnya dunia adalah kehidupan yang semu dan pasti akan berakhir.
Jangan pernah melihat segala seuatu dari luarnya saja.
Segala sesuatu tidak selalu seperti apa yang terlihat. (h. 116)
Menurut pendapat saya, Ridwan tidak pernah memilih untuk dilahirkan sebagai anak siapa. Sehingga ini jelas tidak ada campur tangan Ridwan, maka Ridwan sama sekali tidak ada kesalahan dalam hal ini. Ada baiknya ada perubahan redaksi, apa ya kira-kira yang lebih tepat. Well, saya ndak tahu juga harus diganti apa. Hehe. Atau mungkin ada pendapat dan saran lain yang lebih baik?".... Ridwan adalah orang baik. Kesalahan terbesar Ridwan adalah terlahir sebagai keturunan seorang tuan tanah bejat yang menabur benih perbuatan terkutuk, menyiksa dan memerkosa seorang gadis yang tidak bersalah." (h. 180)
Bagi penggemar cerita misteri dan horror buku ini dapat menjadi salah satu pilihan.
Akhir kata, terima kasih kepada Mbak Sybill atas kepercayaannya kepada kami untuk mengulas buku barunya. Sukses dan terus berkarya!
Toko Buku Online Terlengkap & Terpercaya - GarisBuku.com
ReplyDelete