Siapa yang tidak kenal dengan Soegijapranata? Ia adalah pahlawan nasional bagi bangsa Indonesia. Ia juga seorang tokoh penting bagi umat Katolik, khususnya di Indonesia. Ia adalah seorang Jawa bernama Albertus Soegijapranata yang kemudian menjadi uskup Katolik di Indonesia.
Soegija lahir dari orang tua yang bersahaja. Ayahnya adalah abdi dalem kraton Surakarta, dan pernah belajar dari Sastrawan Jawa terkenal, yakni Raden Ngabehi Ronggowarsito. Tentu saja mereka adalah muslim, namun bagi mereka semua agama adalah baik jika dijalankan dengan kesungguhan.
Soegija tertarik masuk sekolah di Kolese Xaverius Muntilan yang didirikan oleh Pastur Van Lith. Ia tergoda bersekolah di sana atas surat gurunya yang menceritakan pengalamannya tentang mengajar di Kolese Muntilan. Gurunya bilang kalau sekolah tersebut bermutu bagus.
Akhirnya Soegija mendaftar ke sekolah itu. Ia tidak memiliki niatan untuk belajar Katolik, sejak awal ia sudah menekankan itu kepada para pastur. Seiring berjalannya waktu ia tertarik menekuni Katolik, sementara para pastur menyarankannya agar ia meminta izin dari orang tua. Soegija tidak mau dan tetap bertekad untuk dibaptis tanpa persetujuan keluarga. Sejak itulah jalan menjadi Imam Katolik dimulai. Ia disekolahkan bertahun-tahun lamanya di Belanda, bahkan pernah juga ke Vatikan dan bertemu Paus.
Sepulangnya ke Indonesia, Soegija semakin dihormati atas kewibawaan dan keteguhannya menjalankan Katolik sekaligus tetap menjadi seorang Jawa sejati. Itulah yang ia propagandakan, meskipun ia beragama Katolik, ia tetap seorang Jawa belaka. Maka ia mulai menggunakan bahasa Jawa dalam beberapa segmen ibadat.
Soegija hidup pada zaman sulit, yakni pendudukan Belanda, Jepang, dan transisi kemerdekaan awal. Sesulit-sulitnya hidup di masa itu, ia tetap berusaha mendampingi umatnya. Malah ia mempromosikan 100% Katolik, 100% Patriot. Kata-kata "patriot" dulu sangat garang dan kuat untuk menunjukkan kalau bangsa Indonesia sangatlah pro-kemerdekaan. Mungkin zaman sekarang ini lebih cocok digunakan 100% Indonesia untuk menumbuhkan kembali semangat nasionalisme kita.
Bangsa Indonesia memiliki beragam suku, budaya, bahasa, dan tentu juga agama. Maka perbedaan itu jangan sampai menjadikan kita terpecah belah. Setelah kematiannya di tahun 1963, Soegija diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno. Pengangkatannya sebagai pahlawan tentu saja keputusan yang tepat mengingat kontribusinya selama ia hidup untuk bangsa dan negara ini.
Informasi buku
Judul: Soegija 100% IndonesiaPenulis: Ayu Utami
Tebal: Paperback, 155 halaman
Penerbit: KPG, May 2012
Be First to Post Comment !
Post a Comment