Top Social

Kilas Buku: Drupadi

|

Drupadi adalah seorang dewi yang kecantikannya tiada tara, bahkan banyak yang bilang melebihi kecantikan bidadari. Ia adalah anak dari Prabu Drupada dari kerajaan Pancala. Semenjak kecil Drupadi selalu hidup dalam lingkungan istana. Dipingit! Namun keadaan berubah ketika ayahnya mengadakan sayembara untuk mencari pemenang yang nanti akan menjadi suaminya.

Drupadi agak berkecil hati dengan sayembara itu. Hatinya mulai ingin memberontak. Ah, pikirnya mengapa ia tak bisa memilih suaminya sendiri. Kalaupun bisa ia hanya ingin memilih Kresna yang hanya datang dalam mimpinya. Syukurlah ia mampu meminta Karna mundur dari sayembara. Hingga akhirnya Arjuna datang dan memenangkan sayembara itu bersama tiga saudaranya.

Sejak itulah Drupadi mulai tinggal bersama Pandawa dan menikahi kelimanya sekaligus atas permintaan Dewi Kunti, ibu mereka. Ia tidak hanya merasakan sedikit kesenangan, namun juga banyak penderitaan. Salah satunya adalah ketika Yudhistira kalah di meja judi sehingga Drupadi yang saat itu menjadi taruhan, harus menjadi korban kebiadaban para kurawa.

Sejujurnya, saya pribadi tidak paham tentang kisah pewayangan. Saya hanya mengetahuinya segelintir dari sinetron India, Mahabharata, yang kala itu tayang di salah satu kanal tv swasta. Selebihnya saya malah membaca ulasan dari wikipedia dan blog di dunia maya. Begitulah latar belakang saya mengetahui kisah Drupadi, si perempuan poliandris.

Drupadi tidak menyukai suratan. Kehidupan manusia tidak ada artinya tanpa perjuangan. Jika segalanya telah menjadi suratan, apakah yang masih menarik dalam hidup yang berkepanjangan? (h.100)

Tulisan Seno Gumira Ajidarma, yang lebih senang saya sebut seagai SGA, membuat saya terus mengangguk sepanjang cerita. Tampaknya kata-kata mengalir begitu saja, santai namun meninggalkan jejak. Malah pada beberapa bagian saya ikut terpengaruh pada tokoh Drupadi yang oleh SGA sangat ditonjolkan sisi feminisnya. Sekilas ia mengingatkan saya pada tokoh para pejuang wanita yang saya kenal.

Drupadi, selain mempertanyakan soal suratan, juga digambarkan sebagai perempuan yang berani protes kepada Kresna.

Kresna, engkau sungguh pandai bicara. Tapi engkau belum pernah menjadi korban. Itu masalahmu, Kresna, engkau mengerti segalanya, namun engkau tidak pernah merasakannya. (h. 108)
Sementara Kresna menanggapi Drupadi masih dengan kewibawaannya. Ia menyuruh Drupadi tidak memikirkan dirinya sendiri, karena bukan hanya dirinya yang menderita.

Ingatlah Drupadi, bukan hanya dikau seorang yang menderita. Pandawa juga kehilangan saudaranya, seratus Kurawa dan Resi Bhisma tercinta. Utari yang hamil tua bahkan juga kehilangan suaminya. Tak ada yang menang dalam peperangan. Tak akan pernah ada... (h. 121)

Yah, pada akhirnya, segala dendam hanya akan menimbulkan kesengsaraan.

Buku ini recommended buat mereka yang ingin merasakan sensasi kisah Drupadi di tangan seorang maestro seperti SGA. Sungguh tulisan yang santai, berbunga, namun berjejak.

Informasi buku

Judul: Drupadi
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Tebal: paperback, 152 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 9 Januari 2017
1 comment on "Kilas Buku: Drupadi"

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature