Top Social

Kilas Buku: Alanna (Song of the Lioness #1)

|

Judul: Alanna: Song of the Lioness
Judul Asli: Alanna: The First Adventure
Pengarang: Tamora Pierce
Genre: Fantasy, Middle Grade
Penerbit: Ufuk Press, 2012 (terbit pertama kali 1983)
Tebal: 312 halaman

Meski seorang anak perempuan, Alanna selalu memimpikan petualangan dan bercita-cita mengalahkan tantangan yang biasanya hanya dihadapi oleh anak lelaki. Saudara kembarnya, Thom, ingin mempelajari seni sihir. Maka, suatu hari, mereka memutuskan untuk bertukar tempat. Thom, yang menyamar sebagai anak perempuan, pergi untuk mempelajari ilmu sihir. Sedangkan, Alanna, yang berpura-pura sebagai anak lelaki, menuju kastel Raja Roald untuk memulai latihan sebagai calon kesatria. Namun, jalan untuk menjadi kesatria tidaklah mudah. Sanggupkah Alanna melalui latihan yang berat dan menjadi kesatria? Mampukah dia mengalahkan Ylon dan Ylanda, monster yang selalu merongrong Kota Hitam? Dan, bagaimana Alanna belajar mengendalikan hatinya dan membedakan mana yang musuh dan mana yang sekutu? Kepada siapakah akhirnya pilihan hatinya bermuara, Pangeran Jonathan ataukah George yang selalu setia membantunya? Novel ini penuh dengan kekuatan sihir, aksi, dan intrik. Petualangan pertama Alanna pun bermula. Petualangan yang akan mengantarkannya kepada cita-citanya dan menjadikannya legenda di seantero kerajaan. (goodreads)

Cerita fantasi yang satu ini merupakan bacaan yang ringan, meski ide ceritanya tidak seringan kisah yang sudah diterbitkan. Seperti summary yang kita baca diatas, konsep cerita sudah kokoh dengan adanya seorang anak perempuan yang ingin menjadi ksatria namun bertentangan dengan keinginan ayahnya. Satu-satunya cara adalah, Alanna, yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini harus berpura-pura menjadi anak laki-laki.

Kesibukan diri Alanna berperan sebagai anak lelaki saja sudah menjadi satu masalah yang rumit. Belum lagi ditambah dengan masalah utama lainnya seperti menduga siapa musuh dalam selimut yang mengirim Alanna dan pangeran Jonathan untuk melawan monster Kota Hitam. Menurut saya, usaha Alanna untuk menjadi anak lelaki kurang digali lebih mendalam. Tampaknya Alanna tidak terlalu kesulitan berusaha menjadi lelaki, kecuali saat mandi dan berenang bersama teman calon ksatria lainnya. Dan saat ia mendapatkan menstruasi pertamanya, masalah pun lantas lenyap dengan ajaib ketika ia diberikan jimat penghenti datang bulan sementara oleh ibu George, Raja Pencuri. Padahal cerita akan lebih menarik lagi jika ada masa-masa tegang ketika harusnya ia mengalami kesulitan mengatasi masalah keperempuanannya dan membuat penyamarannya hampir terbongkar.

Alanna juga tampak sangat powerful dalam beberapa kesempatan yang 'sulit'. Seperti ketika ia menyembuhkan pangeran Jonathan dengan kekuatan sihirnya yang ia sebut sebagai bakat alami. Disini, meskipun Pierce, sang penulis, sebelumnya sudah memberi latar belakang bahwa Alanna telah banyak belajar tentang sihir dari Maude, namun tampaknya tetap kurang greget saja melihat sosok anak kecil yang tidak terlalu sering mengasah bakat sihirnya mampu menyembuhkan penyakit yang disebabkan karena sihir hitam. Ya, memang sih Pierce juga menyebutkan di awal bahwa Alanna adalah sosok yang terpilih. Namun tetap saja saya menganggap hal ini masih kurang digali.

Lagi, cara Alanna berkomunikasi dengan kembarannya, Tomb, masih terasa kurang mendalam. Tiba-tiba saja ada surat dari Tomb yang mengabarkan tentang siapa sebenarnya guru sihir Alanna. Tomb dan Alanna saling berkirim surat melalui George. Sayangnya lagi-lagi hal ini hanya diceritakan secara singkat tidak kurang dalam dua dan tiga kalimat.

Bagian demi bagian cerita menjadi ringan dan enak dikunyah memang (mungkin) disebabkan sang pengarang yang kurang bercerita lebih dalam mengenai sisi-sisi hidup Alanna. Padahal rasanya akan lebih lezat lagi jika Pierce sedikit bersabar membangun alur kisah yang memang sudah menarik ini. Tidak heran ada beberapa pembaca yang berkomentar bahwa buku ini termasuk buku yang akan terlupakan lepas dibaca.

Namun, yang saya senangi dari kisah Alanna adalah ketika ia menyerah setelah seminggu belajar di istana. Alanna yang merasa dirinya serba bisa, mengalami kesulitan ketika ia harus tunduk pada peraturan terus menerus. Ia yang biasa tinggal di kastilnya sendiri dengan banyak pelayan yang melayaninya, kurang tahan mendapat perlakuan yang terus menerus menguras energi dan daya pikirnya. Pada saat inilah Alanna menunjukkan sisi lemahnya. Dan ia terasa mejadi lebih manusiawi. Karena Alanna tidak melulu menjadi sentra yang serba bisa dan mampu mengatasi kesulitan, namun ia juga punya masalah sendiri sebagai seorang bangsawan yang ingin menjadi ksatria. Alanna harus tahan dengan mendisiplinkan dirinya sendiri jika ia memang benar ingin menjadi ksatria sejati,

3 dari 5 bintang.
Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature