Top Social

Kilas Buku: Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir (Seri Buku TEMPO: Tokoh Militer)

|


Awal

Sudirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga pada 24 Januari 1916. Sebagai anak dari seorang asisten Wedana, Sudirman mendapatkan kesempatan bersekolah di HIS, lalu MULO, dan sempat melanjutkan di Hollandshe Indische Kweekschool (HIK) alias Sekolah Guru Bantu di Solo walaupun tidak selesai (h. 65).

Semenjak kecil Sudirman sudah aktif di organisasi kepemudaan. Ia pernah aktif dalam organisasi kepanduan di bawah bendera Muhammadiyah, Hizbul Wathan (hal. 61).  Pada usia 17 tahun, Soedirman menduduki posisi mentereng: Menteri Daerah Hizbul Wathan Banyumas - kini setingkat ketua kwartir daerah (h. 67).

Masa Penting

Sebagai seorang panglima besar, Sudirman tidak pernah menempuh sekolah formal kemiliteran. Ia hanya lulusan peserta pelatihan perang bentukan Jepang. Sudirman masuk PETA (pasukan pembela tanah air), kesatuan tentara bentukan Jepang, angkatan kedua pada tahun 1944. Ia hanya berlatih dua bulan untuk menjadi daidancho di Cilacap.

Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, Sudirman yang kala itu 29 tahun terpilih sebagai pemimpin TKR (Tentara Keamanan Rakyat) secara aklamasi. Ia mengalahkan Oerip Sumohardjo yang saat itu berusia 57 tahun. Dan sebulan kemudian, ia dilantik sebagai Panglima Besar oleh Presiden Soekarno dan wakilnya, Hatta.

Tahun 1948 Sudirman masuk gunung dan hutan untuk bergerilya menolak berdialog dengan Belanda. Sementara Soekarno - Hatta ditawan Belanda di Istana kepresidenan di Yogya.

Kejutan-kejutan

Membaca sejarah merupakan keasyikan tersendiri. Apalagi ketika kita mendapatkan sesuatu hal yang tidak pernah kita tahu, bahkan hal yang kontroversial.

Awalnya, saya berpikir, ketika merdeka, Indonesia akan langsung berbahagia lahir dan batin. Ternyata salah. Bangsa Indonesia masih terserak-serak. Banyak pasukan yang belum bersatu, bahkan banyak orang yang mengangkat diri sendiri seorang jenderal walaupun itu hanya karena berhasil merebut jip Belanda. Antar tentara pun tidak seratus persen akur. Banyak kubu, banyak kepentingan.

Bahkan pimpinan politik dan pimpinan tentara pun banyak menciptakan gesekan yang tak jarang membuat situasi tegang. Mungkin hal ini juga yang menyebabkan orde baru dikuasai sepenuhnya oleh kubu tentara (bahkan tega tidak mengikutsertakan Hatta dalam kepemimpinan orde baru). Mengetahui hal ini lambat laun saya mulai mengerti pola sebenarnya dan mengapa Sudirman sangat dipuja (bahkan ada kesan dimanfaatkan oleh para penerusya). Dan.. apakah ada yang menyadari jika ada monumen Sudirman yang dibangun dengan megah di Pacitan? Mungkin.. kota itu ada kaitan dengan gerilya atau perjuangannya, err tapi Pacitan bahkan bukan kota kelahiran Sudirman. Yang saya tahu Pacitan adalah kota kelahiran salah satu presiden Indonesia. Well.. well.. ~senyum simpul. :)

Seperti sejarah Sudirman kali ini. Saya dan mungkin anak-anak yang lahir di jaman orde baru menganggap Sudirman adalah sosok yang tanpa cacat dan benar-benar mengagumkan. Ternyata dugaan saya salah. Sudirman bukanlah panglima besar yang sempurna. Banyak hal-hal yang mungkin kalian tidak mau melekat pada diri Sudirman. Tapi ya itulah adanya Sudirman, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, ialah si Panglima Besar.

Sudirman yang cungkring itu ternyata perokok berat. Dan dari sanalah asumsi kita terhadap sakitnya si panglima dimulai. Ia merupakan penderita sakit paru-paru yang akut dan bahkan pasien yang nakal karena seringkali susah meninggalkan rokok meski sedang sakit.

Sudirman yang cungkring itu ternyata juga klenik. Banyak orang yang percaya ia mampu menjatuhan pesawat Beanda hanya dengan sekali tiup merica bubuk.

Well, kurang lebihnya Sudirman, sudah sepatutnya kita tetap menganggap beliau sebagai panglima besar. Dan saya pun masih mengaguminya hingga kini.


Informasi buku

Judul: Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir (Seri Buku TEMPO: Tokoh Militer)
Pengarang: Tim Buku TEMPO
Tebal: Paperback, 176 halaman
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012
2 comments on "Kilas Buku: Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir (Seri Buku TEMPO: Tokoh Militer)"
  1. oooh ini yang kemaren dibahas di grup wa ya dhil.. menarik juga ya baca biografi pahlawan2 indonesia... aku kayaknya cuma baca pas masih sekolah hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha...iya mbak, ini yang aku bahas kmrn. hihi

      Delete

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature