Top Social

Kilas Buku: Sabtu Bersama Bapak

|

Judul: Sabtu Bersama Bapak
Pengarang: Adhitya Mulya
Genre: Romance, Family
Penerbit: GagasMedia, Juni 2014
Tebal: 278 halaman

Ringkasan Cerita:
“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang Bapak melambaikan tangan.
“Ini Bapak. Iya, benar kok, ini Bapak.
Bapak cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra.
Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.
Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.
Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.
Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.
Bapak sudah siapkan.

Ketika punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu bingung ke mana harus mencari jawaban.
I don’t let death take these, away from us.
I don’t give death, a chance.

Bapak ada di sini. Di samping kalian.
Bapak sayang kalian.”

Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka. (goodreads)


Sekilas, cerita ini mengingatkan saya pada film India 'Kuch Kuch Hota Hai' yang mengisahkan seorang anak perempuan bernama Anjali yang selalu mendapat surat dari ibunya yang telah meninggal pada hari ulang tahunnya. Dalam surat itu, Anjali mendapat banyak cerita tentang diri ibunya sendiri ketika masih hidup, juga kisah ayahnya dan sahabat ayahnya yang juga bernama Anjali. Bukan hanya cerita, Anjali kecil pun banyak mendapat wejangan sekaligus amanat dari ibunya untuk menyatukan kembali cinta sang ayah dan Anjali senior.

Tentu saja artikel ini tidak akan membahas film India yang beredar tahun 1997 tsb. Karena ada satu buku berjudul 'Sabtu Bersama Bapak' yang harus saya ulas. Lantas mengapa saya malah membahas 'Kuch Kuch Hota Hai' di awal? Karena seperti yang sudah saya katakan pada kalimat pertama, sekilas gaya penyampaian cerita dalam buku ini mirip dengan film India tadi. Bedanya, pada 'Kuch Kuch Hota Hai' ibu Anjali menggunakan surat sebagai media, sementara bapak Satya dan Cakra menggunakan alat yang lebih canggih; handycam! :D

Selebihnya sama? Ya jelas tidaklah. Konsep cerita berbeda. Jika pada film India yang dibintangi Shah Rukh Khan itu lebih menekankan kepada penyatuan kembali dua sejoli yang telah lama berpisah, 'Sabtu Bersama Bapak' lebih kepada bagaimana konsep seorang ayah yang ingin bersama anak-anaknya dan mendidik mereka setelah ia tiada. Berat gak tuh?

Yap, berat di konsep namun ringan di diksi. Sejujurnya ini adalah buku Adhitya Mulya pertama yang saya baca. Namun saya menemukan banyak kesamaan dengan novel 'Test Pack' karya Ninit Yunita yang sudah lebih dulu terbit. Mungkin hubungan mereka yang suami istri mempengaruhi gaya penulisan mereka ya, sehingga cenderung mirip. Saya tulis seperti ini bukan ingin memberi kesan negatif. Justru saya menyukai gaya mereka yang ringan dan renyah meski konsep yang ditawarkan dalam karya-karyanya bukanlah hal yang sepele.

Di novel ini saya menemukan beberapa hal yang bikin 'nonjok', 'dalem'. 'Tonjokan' pertama terdapat pada halaman 17. Saat itu Saka sedang berbincang serius dengan Mamah mengenai rencana untuk memiliki istri.
"Ka, istri yang baik gak akan keberatan diajak melarat."
"Iya, sih. Tapi Mah, suami yang baik tidak akan tega mengajak istrinya untuk melarat. Mamah tahu itu. Bapak juga gitu, dulu."
Mengenai hal ini saya jadi teringat suami saya sendiri yang saya tahu persis dia tidak pernah tega melihat saya menderita. Meski belum setahun menikah, saya melihat banyak hal dari dirinya yang bekerja keras dan berusaha lebih giat lagi hanya untuk membuat saya bahagia. Maaf ya kalau jadi curcol sedikit :D

'Tonjokan' kedua terdapat pada halaman 26 pada bab 'Badai & E-mail'. Disitu para pembaca akan diajak memasuki konflik rumah tangga ala Satya dan Rissa yang LDR-an. Satya yang selalu mengukur pencapaian prestasi anak-anak dan istrinya dengan standar tinggi ala dirinya sendiri, membuat keluarganya tertekan. Padahal setiap pribadi tidaklah sama dan Satya lupa pada hal ini.

Saya juga jadi teringat ketika saya atau suami sedang merasa marah, selalu ada perasaan tidak enak dari kami berdua. Ya itulah, apapun yang kita rasakan, entah bahagia atau marah, ingatlah bahwa pasangan juga ikut merasakan hal yang sama. Yang harus dilakukan adalah mengontrol diri dan menjada perasaan pasangan dan anak-anak kita dalam rumah.

'Tonjokan' ketiga, keempat, kelima, dst, silakan baca dan temukan sendiri hehe.

Namun ada satu hal yang kurang sreg buat saya. Tokoh Bapak yang senang menyisipkan kalimat berbahasa Inggris dalam petuah-petuahnya membuat sedikit kurang pas. Sebenarnya ini sih tergantung karakter ya. Mungkin karakter si Bapak memang senang menggunakan bahasa asing sewaktu-waktu. Hanya saja saya jarang mendengar ada seorang bapak yang seperti itu, apalagi pada tahun 90-an. Dan ini berpengaruh kepada ke-khas-an karakter si bapak. Dengan menggunakan istilah bahasa asing pada tiap wejangannya, membuat si bapak tidak ada bedanya dengan tokoh pemuda dewasa berumur dua puluhan yang bekerja kantoran dengan penampilan keren, dll. Ada baiknya jika dialog bapak dibuat sedikit 'lebih tua' supaya berbeda. Itu hanya menurut saya sih. :)

Selebihnya saya tidak memiliki komplain lain kecuali ada satu kata typo yang saya lupa pada halaman berapa. Bukan bermaksud perfeksionis, tetapi terkadang pembaca sering menemukan kesalahan-kesalahan kecil yang menurut kami seharusnya sudah tidak ditemukan pada novel yang sudah dicetak dengan sampul bagus,

4 dari 5 bintang untuk 'Sabtu Bersama Bapak' dari saya. Saya adalah satu diantara para pembaca yang ikut terkesan. Sementara pembaca yang lain ada yang terkena penyakit 'iri' karena masih jomblo dan jadi 'ngebet' nikah gara-gara buku ini. Atau ada juga yang merasa buku ini bagus namun tidak merasa terlalu mendapat kesan yang dalam. Dan banyak lagi, dan banyak lagi.

Lalu, kalian termasuk pada kategori pembaca yang manakah?

Review ini saya ikut sertakan pada posbar BBI dengan tema buku baru Indonesia 2014.

5 comments on "Kilas Buku: Sabtu Bersama Bapak"
  1. saya belum sempet baca neh buku, tapi kok kelihatannya menarik yah...., oke thanks yah sob ulasannya.
    =========================
    pakan kelinci yang baik

    ReplyDelete
  2. Buku ini head to head bagusnya dgn bulan terbelah di amerika. Sy kebetulan punya kawan kerja di Gramedia bookstore dan menyarankan dua buku berbeda genre ini. Pagi sy baca bulan terbelah nangis mewekk. Malem nya baca sabtu bapak nangis meronta ronta:)

    ReplyDelete
  3. nunggu bulan Oktober untuk bisa baca buku ini >_<

    ReplyDelete
  4. Saya belum baca. Tapi review di sini memberikan saya gambaran isi bukunya. Saya jadi penasaran dengan karakter Bapak.

    ReplyDelete
  5. butuh persiapan nih untuk baca buku ini :D

    ReplyDelete

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature