Judul: Rebecca of Sunnybrook Farm
Pengarang: Kate Douglas Wiggin
Penerjemah: Hani Iskadarwati
Genres: Classic, Realistic Fiction, Children, Middle-Grade
Penerbit: Orange Books, 2011 (pertama kali terbit 1903)
Tebal: 310 halaman
Keadaan memaksa Rebecca meninggalkan Sunnybrook Farm, tempatnya dibesarkan bersama keenam putra-putri keluarga Randall yang lain. Ia mengerahkan keberanian untuk tinggal dengan keluarga Sawyer, bukan saja karena yang diminta pergi ke Riverboro adalah Hannah, sang kakak, tetapi juga ketidaksukaan keluarga Sawyer kepada almarhum ayahnya.
Rebecca harus beradaptasi dengan cara didik kedua bibinya yang keras, sekaligus harus membuat seluruh keluarga bangga akan prestasi dan perilakunya sehari-hari. Bagaimana Rebecca mengatasi rindu rumah? Apakah ia dapat bertahan di Riverboro dan menerapkan cara didik kedua bibinya? Dan siapakah Mr. Aladdin yang telah "mencuri" hati Rebecca?
Kisah perjuangan seorang gadis cilik dalam terpaan persoalan hidup yang mengundang kontemplasi, rasa haru, dan tawa riang. Mengingatkan kita pada kisah Anne of Green Gables, A Little Princess, atau Pollyanna, meski sebenarnya Rebecca of Sunnybrook Farm terbit lebih dulu dari ketiga novel tersebut (goodreads).
***
Benar-benar mirip Anne! Kalau dengan Pollyanna bagaimana? Hmm, saya tidak tahu karena saya belum membaca bukunya, ditimbuuun terus yaa hahaha. Saya senang dengan karakter Rebecca, jauh lebih senang kepadanya daripada si rambut merah, Anne. Rebecca yang berambut hitam, bermata gelap dan berkulit agak gelap rasanya khas sekali dengan sifatnya yang senang bergaul dan cerdas. Well, saya sebenarnya penasaran apakah Rebecca menjadi salah satu inspirasi bagi lahirnya Anne dan Pollyanna? Tapi penasaran tinggal penasaran yah. Maaf pembaca saya lagi malas mencari tahu jawaban saya sendiri, jadi jika kalian memang penasaran dengan pertanyaan yang saya ajukan, please help yourself. :D
Rebecca yang tampak nakal, ternyata jauh lebih dewasa dan pengertian daripada saudarinya yang selalu dibanggakan. Ia tampak berpikiran maju sehingga seorang laki-laki dermawan yang jauh lebih tua darinya merasa cocok dan menyukainya. Yeah, mungkin itu karena sifat Rebecca tadi.
Saya mungkin menyenangi karakter Rebecca. Saya juga mungkin menyenangi karakter Tuan Aladin. Namun saya tidak suka dengan gaya penulisan dan pendeskripsian novel-novel klasik yang bertele-tele. Ah! Ini saja saya membaca versi abridged-nya lho dan saya sudah agak bosam sehingga merasa harus membaca cepat beberapa hal yang menurut saya membosankan. Apalagi jika saya membaca versi unabridged-nya ya. 0-o!
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 5 oleh Bzee dan New Author dan What's in a Name RC oleh Ren.
Pengarang: Kate Douglas Wiggin
Penerjemah: Hani Iskadarwati
Genres: Classic, Realistic Fiction, Children, Middle-Grade
Penerbit: Orange Books, 2011 (pertama kali terbit 1903)
Tebal: 310 halaman
Keadaan memaksa Rebecca meninggalkan Sunnybrook Farm, tempatnya dibesarkan bersama keenam putra-putri keluarga Randall yang lain. Ia mengerahkan keberanian untuk tinggal dengan keluarga Sawyer, bukan saja karena yang diminta pergi ke Riverboro adalah Hannah, sang kakak, tetapi juga ketidaksukaan keluarga Sawyer kepada almarhum ayahnya.
Rebecca harus beradaptasi dengan cara didik kedua bibinya yang keras, sekaligus harus membuat seluruh keluarga bangga akan prestasi dan perilakunya sehari-hari. Bagaimana Rebecca mengatasi rindu rumah? Apakah ia dapat bertahan di Riverboro dan menerapkan cara didik kedua bibinya? Dan siapakah Mr. Aladdin yang telah "mencuri" hati Rebecca?
Kisah perjuangan seorang gadis cilik dalam terpaan persoalan hidup yang mengundang kontemplasi, rasa haru, dan tawa riang. Mengingatkan kita pada kisah Anne of Green Gables, A Little Princess, atau Pollyanna, meski sebenarnya Rebecca of Sunnybrook Farm terbit lebih dulu dari ketiga novel tersebut (goodreads).
***
Benar-benar mirip Anne! Kalau dengan Pollyanna bagaimana? Hmm, saya tidak tahu karena saya belum membaca bukunya, ditimbuuun terus yaa hahaha. Saya senang dengan karakter Rebecca, jauh lebih senang kepadanya daripada si rambut merah, Anne. Rebecca yang berambut hitam, bermata gelap dan berkulit agak gelap rasanya khas sekali dengan sifatnya yang senang bergaul dan cerdas. Well, saya sebenarnya penasaran apakah Rebecca menjadi salah satu inspirasi bagi lahirnya Anne dan Pollyanna? Tapi penasaran tinggal penasaran yah. Maaf pembaca saya lagi malas mencari tahu jawaban saya sendiri, jadi jika kalian memang penasaran dengan pertanyaan yang saya ajukan, please help yourself. :D
Rebecca yang tampak nakal, ternyata jauh lebih dewasa dan pengertian daripada saudarinya yang selalu dibanggakan. Ia tampak berpikiran maju sehingga seorang laki-laki dermawan yang jauh lebih tua darinya merasa cocok dan menyukainya. Yeah, mungkin itu karena sifat Rebecca tadi.
Saya mungkin menyenangi karakter Rebecca. Saya juga mungkin menyenangi karakter Tuan Aladin. Namun saya tidak suka dengan gaya penulisan dan pendeskripsian novel-novel klasik yang bertele-tele. Ah! Ini saja saya membaca versi abridged-nya lho dan saya sudah agak bosam sehingga merasa harus membaca cepat beberapa hal yang menurut saya membosankan. Apalagi jika saya membaca versi unabridged-nya ya. 0-o!
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 5 oleh Bzee dan New Author dan What's in a Name RC oleh Ren.
Be First to Post Comment !
Post a Comment