Judul: Maryam
Pengarang: Okky Madasari
Genre: Realisticfic
Penerbit: Gramedia, 2012
Tebal: 275 halaman
Award: Khatulistiwa Literary Award for Fiksi (2012)
Tentang mereka yang terusir karena iman di negeri yang penuh keindahan.
Lombok, Januari 2011
Kami hanya ingin pulang. Ke rumah kami sendiri. Rumah yang kami beli dengan uang kami sendiri. Rumah yang berhasil kami miliki lagi dengan susah payah, setelah dulu pernah diusir dari kampung-kampung kami. Rumah itu masih ada di sana. Sebagian ada yang hancur. Bekas terbakar di mana-mana. Genteng dan tembok yang tak lagi utuh. Tapi tidak apa-apa. Kami mau menerimanya apa adanya. Kami akan memperbaiki sendiri, dengan uang dan tenaga kami sendiri. Kami hanya ingin bisa pulang dan segera tinggal di rumah kami sendiri. Hidup aman. Tak ada lagi yang menyerang. Biarlah yang dulu kami lupakan. Tak ada dendam pada orang-orang yang pernah mengusir dan menyakiti kami. Yang penting bagi kami, hari-hari ke depan kami bisa hidup aman dan tenteram.
Kami mohon keadilan. Sampai kapan lagi kami harus menunggu?
Maryam Hayati (goodreads)
Pengarang: Okky Madasari
Genre: Realisticfic
Penerbit: Gramedia, 2012
Tebal: 275 halaman
Award: Khatulistiwa Literary Award for Fiksi (2012)
Tentang mereka yang terusir karena iman di negeri yang penuh keindahan.
Lombok, Januari 2011
Kami hanya ingin pulang. Ke rumah kami sendiri. Rumah yang kami beli dengan uang kami sendiri. Rumah yang berhasil kami miliki lagi dengan susah payah, setelah dulu pernah diusir dari kampung-kampung kami. Rumah itu masih ada di sana. Sebagian ada yang hancur. Bekas terbakar di mana-mana. Genteng dan tembok yang tak lagi utuh. Tapi tidak apa-apa. Kami mau menerimanya apa adanya. Kami akan memperbaiki sendiri, dengan uang dan tenaga kami sendiri. Kami hanya ingin bisa pulang dan segera tinggal di rumah kami sendiri. Hidup aman. Tak ada lagi yang menyerang. Biarlah yang dulu kami lupakan. Tak ada dendam pada orang-orang yang pernah mengusir dan menyakiti kami. Yang penting bagi kami, hari-hari ke depan kami bisa hidup aman dan tenteram.
Kami mohon keadilan. Sampai kapan lagi kami harus menunggu?
Maryam Hayati (goodreads)
***
Saya tidak bisa objektif ketika membaca buku ini. Saya membaca buku ini dengan pandangan subjektif dari sisi kelompok yang bertentangan dengan Ahmadiyah. Namun terlepas dari itu saya turut prihatin dengan tokoh Maryam dan mereka yang dipelintir keadilan dalam novel ini.
Ya saya bukan pendukung Ahmadiyah, namun saya juga tidak setuju jika ada manusia yang dilanggar haknya. Dalam noel ini disebutkan jika selain diusir, rumah dan harta benda mereka dijarah dan dibakar. Apakah itu namanya jika bukan ketidakadilan? Yang salah bukan rumah dan harta benda, yang salah adalah sesuatu yang mereka percaya. Pun jika mereka bertobat, bukan tidak ada kemungkinan mereka selalu dicurigai sebagai orang sesat (seperti salah satu scene dalam novel ini). Nah hal seperti ini juga yang saya tidak setuju. Masa lalu yang gelap dan menyakitkan tidak usahlah diungkit-ungkit. Karena akibat buruknya adalah akan ada yang tersinggung dan dapat menimbulkan sakit hati berkepanjangan.
Seperti buku kebanyakan, ada yang menyenangi buku ini dan ada yang mengkritiknya. Saya pribadi, karena hanya pembawa awam, sudah cukup puas dengan pembawaan cerita novel ini. Ceritanya cukup mengalir. Dan dari kritikan-kritikan yang ada di review pembaca lain saya mengambil singkatnya sbb:
1. Mana tentang Ahmadiyah-nya??
Jika yang dimaksud adalah soal inti bagaimana ajaran Ahmadiyah itu, buku ini memang tidak menjelaskan apapun soal itu. Namun saya rasa mengenai ke-Ahmadiyah-an dalam novel ini sudah cukup. Ya, memang, sepertinya novel ini ditujukan bagi mereka yang sudah tahu tentang Ahmadiyah dan mengapa mereka selalu dipertentangkan. Sehingga saran saya, bagi mereka yang belum ada pengetahuan dasar tentang ajaran Ahmadiyah, bisa membacanya dari sumber lain terlebih dahulu sebelum membaca novel ini.
2. Pembahasan cerita yang tidak tuntas
Mungkin Okky melakukan hal ini karena faktanya ya memang seperti inilah nasib Ahmadiyah. Belum jelas dan belum tuntas. Nasib orang-orang Ahmadiyah di Indonesia saya rasa masih menggantung. Sehingga begitulah akhir yang Okky berikan; isi surat Maryam yang menunjukkan nasib kaumnya yang belum jelas.
Ya terlepas dari kritikan tersebut, buku ini salah satu bacaan yang saya rekomendasikan bagi mereka yang menyenangi cerita tentang realitas kehidupan di Indonesia. Selamat membaca.
Sekian review saya kali ini. Semoga bermanfaat. :)
Ulasan ini diikutsertakan pada New Authors RC 2013 dan What's in a Name oleh Ren. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini, dan disini.
Saya tidak bisa objektif ketika membaca buku ini. Saya membaca buku ini dengan pandangan subjektif dari sisi kelompok yang bertentangan dengan Ahmadiyah. Namun terlepas dari itu saya turut prihatin dengan tokoh Maryam dan mereka yang dipelintir keadilan dalam novel ini.
Ya saya bukan pendukung Ahmadiyah, namun saya juga tidak setuju jika ada manusia yang dilanggar haknya. Dalam noel ini disebutkan jika selain diusir, rumah dan harta benda mereka dijarah dan dibakar. Apakah itu namanya jika bukan ketidakadilan? Yang salah bukan rumah dan harta benda, yang salah adalah sesuatu yang mereka percaya. Pun jika mereka bertobat, bukan tidak ada kemungkinan mereka selalu dicurigai sebagai orang sesat (seperti salah satu scene dalam novel ini). Nah hal seperti ini juga yang saya tidak setuju. Masa lalu yang gelap dan menyakitkan tidak usahlah diungkit-ungkit. Karena akibat buruknya adalah akan ada yang tersinggung dan dapat menimbulkan sakit hati berkepanjangan.
Seperti buku kebanyakan, ada yang menyenangi buku ini dan ada yang mengkritiknya. Saya pribadi, karena hanya pembawa awam, sudah cukup puas dengan pembawaan cerita novel ini. Ceritanya cukup mengalir. Dan dari kritikan-kritikan yang ada di review pembaca lain saya mengambil singkatnya sbb:
1. Mana tentang Ahmadiyah-nya??
Jika yang dimaksud adalah soal inti bagaimana ajaran Ahmadiyah itu, buku ini memang tidak menjelaskan apapun soal itu. Namun saya rasa mengenai ke-Ahmadiyah-an dalam novel ini sudah cukup. Ya, memang, sepertinya novel ini ditujukan bagi mereka yang sudah tahu tentang Ahmadiyah dan mengapa mereka selalu dipertentangkan. Sehingga saran saya, bagi mereka yang belum ada pengetahuan dasar tentang ajaran Ahmadiyah, bisa membacanya dari sumber lain terlebih dahulu sebelum membaca novel ini.
2. Pembahasan cerita yang tidak tuntas
Mungkin Okky melakukan hal ini karena faktanya ya memang seperti inilah nasib Ahmadiyah. Belum jelas dan belum tuntas. Nasib orang-orang Ahmadiyah di Indonesia saya rasa masih menggantung. Sehingga begitulah akhir yang Okky berikan; isi surat Maryam yang menunjukkan nasib kaumnya yang belum jelas.
Ya terlepas dari kritikan tersebut, buku ini salah satu bacaan yang saya rekomendasikan bagi mereka yang menyenangi cerita tentang realitas kehidupan di Indonesia. Selamat membaca.
Sekian review saya kali ini. Semoga bermanfaat. :)
Ulasan ini diikutsertakan pada New Authors RC 2013 dan What's in a Name oleh Ren. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini, dan disini.
Be First to Post Comment !
Post a Comment