Judul: Cookie
Pengarang: Jacqueline Wilson
Penerjemah: Muntya Ayudya
Genre: Family; Middle Grade
Penerbit: Gramedia, 2012
Tebal: 376 halaman
Wajah Beauty Cookson biasa saja, ia juga pemalu. Karena itu teman-teman di sekolah memberinya julukan baru-Ugly, si Jelek!
Tapi ada yang lebih parah daripada ejekan itu: Dad. Suasana hati Dad gampang berubah, hal paling sepele bisa memicu amarahnya. Untung ada Mum yang sangat menyayangi Beauty dan selalu berusaha membuatnya bahagia. Mereka bahkan punya hobi baru, yaitu membuat cookie.
Makin lama, Dad sayangnya makin tak terkendali. Mampukah Beauty dan Mum terus bertahan? Ataukah ada cara lain untuk memulai hidup baru yang lebih indah? (goodreads)
***
Dari sekian novel karya tante Wilson yang saya pernah baca, sampai saat ini Cookie masih menjadi favorit saya. Tidak seperti tokoh utama yang nakal dan pemberontak pada novel-novelnya yang lain, Cookie memiliki tokoh utama yang baik, jujur, cerdas namun tidak cantik dan rendah diri. Situasi cerita tetap sama dengan novel tante Wilson biasanya, yakni seorang anak dengan keluarga yang tidak bahagia.
Yang saya perhatikan dalam novel ini adalah Gerry Cookson (Ayah Beauty) sangat keras akan penampilan luar. Dia lebih peduli kepada rumah mewahnya, penampilan anaknya dengan baju yang luar biasa mahal dan rumput-rumput tamannya daripada kebahagiaan istri dan anaknya. Bahkan demi hal-hal yang disayanginya itu, ia lebih senang berteriak memarahi istri dan anaknya seharian walaupun harus dilakukan di depan orang lain.
Apa hal yang dapat diambil dari konyolnya tingkah Gerry sebagai seorang suami dan ayah? Tentu tidak ada yang bisa diambil. Tapi yang dapat kita pelajari adalah agar memperlakukan keluarga dengan baik dan tidak memaksakan kehendak diri sendiri.
Hal kedua yang saya perhatikan adalah sifat Beauty yang rendah diri. Hal ini disebabkan dari kebiasaan ayahnya yang sering membentak dan merendahkannya. Sehingga Beauty selalu merasa dirinya tidak pernah pantas kecuali mengikuti standar yang sudah ditetapkan ayahnya; cantik, langsing, berambut pirang, dan jago menari. Tidak hanya Beauty, ibunya yang cantik Dilly, juga tak kalah rendah diri. Namun mereka berdua mampu saling menguatkan satu sama lain.
Buku ini cocok dibaca anak-anak usia 12 tahun keatas; yup anak-anak middle school :)
Dan saya pun merasa buku ini juga cocok dibaca oleh para orang tua.
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 5 oleh Bzee dan Read-a-long with Jacqueline Wilson oleh Hobby Buku.
Pengarang: Jacqueline Wilson
Penerjemah: Muntya Ayudya
Genre: Family; Middle Grade
Penerbit: Gramedia, 2012
Tebal: 376 halaman
Wajah Beauty Cookson biasa saja, ia juga pemalu. Karena itu teman-teman di sekolah memberinya julukan baru-Ugly, si Jelek!
Tapi ada yang lebih parah daripada ejekan itu: Dad. Suasana hati Dad gampang berubah, hal paling sepele bisa memicu amarahnya. Untung ada Mum yang sangat menyayangi Beauty dan selalu berusaha membuatnya bahagia. Mereka bahkan punya hobi baru, yaitu membuat cookie.
Makin lama, Dad sayangnya makin tak terkendali. Mampukah Beauty dan Mum terus bertahan? Ataukah ada cara lain untuk memulai hidup baru yang lebih indah? (goodreads)
***
Dari sekian novel karya tante Wilson yang saya pernah baca, sampai saat ini Cookie masih menjadi favorit saya. Tidak seperti tokoh utama yang nakal dan pemberontak pada novel-novelnya yang lain, Cookie memiliki tokoh utama yang baik, jujur, cerdas namun tidak cantik dan rendah diri. Situasi cerita tetap sama dengan novel tante Wilson biasanya, yakni seorang anak dengan keluarga yang tidak bahagia.
Yang saya perhatikan dalam novel ini adalah Gerry Cookson (Ayah Beauty) sangat keras akan penampilan luar. Dia lebih peduli kepada rumah mewahnya, penampilan anaknya dengan baju yang luar biasa mahal dan rumput-rumput tamannya daripada kebahagiaan istri dan anaknya. Bahkan demi hal-hal yang disayanginya itu, ia lebih senang berteriak memarahi istri dan anaknya seharian walaupun harus dilakukan di depan orang lain.
Apa hal yang dapat diambil dari konyolnya tingkah Gerry sebagai seorang suami dan ayah? Tentu tidak ada yang bisa diambil. Tapi yang dapat kita pelajari adalah agar memperlakukan keluarga dengan baik dan tidak memaksakan kehendak diri sendiri.
Hal kedua yang saya perhatikan adalah sifat Beauty yang rendah diri. Hal ini disebabkan dari kebiasaan ayahnya yang sering membentak dan merendahkannya. Sehingga Beauty selalu merasa dirinya tidak pernah pantas kecuali mengikuti standar yang sudah ditetapkan ayahnya; cantik, langsing, berambut pirang, dan jago menari. Tidak hanya Beauty, ibunya yang cantik Dilly, juga tak kalah rendah diri. Namun mereka berdua mampu saling menguatkan satu sama lain.
Buku ini cocok dibaca anak-anak usia 12 tahun keatas; yup anak-anak middle school :)
Dan saya pun merasa buku ini juga cocok dibaca oleh para orang tua.
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 5 oleh Bzee dan Read-a-long with Jacqueline Wilson oleh Hobby Buku.
wahh.. jadi makin pengen baca buku ini, masih belum berjodoh menemukan dengan harga yang ramah di kantong, hihihi :D
ReplyDelete