Repost dari blog pribadi dhila13.wordpress.com (review pada 2009)
AWAS SPOILER! :D
Judul Buku : METROPOLIS: Demi ayahku yang sudah mati…
Pengarang : Windry Ramadhina
Penerbit : Grasindo, 2009
AWAS SPOILER! :D
Judul Buku : METROPOLIS: Demi ayahku yang sudah mati…
Pengarang : Windry Ramadhina
Penerbit : Grasindo, 2009
Jika dilihat dari judulnya saja yakni METROPOLIS dengan tanpa menggunakan sub judulnya yakni Demi ayahku yang sudah mati…
saya mungkin akan menduga bahwa ini hanyalah novel sejenis chicklit
biasa yang mengangkat tema cerita gaya hidup anak muda modern
metropolitan yang kadang basi namun menggiurkan bagi kalangan masyarakat
bawah. Namun ternyata tidak. Ada sub judul yang membuat calon pembaca
menjadi penasaran ditambah performance buku (cover) yang cukup tak biasa
yakni dengan design ala surat kabar yang ‘ternodai’ bercak darah merah
kental yang menghitam. Dan lantas dengan dua petunjuk itu, para calon
pembaca pun telah bisa menyimpulkan, bahwa ini bukan sekedar novel
biasa.
METROPOLIS merupakan novel yang mengangkat isu
kriminalitas (seperti yang dikatakan Sefryana Khairil dalam testimoni di
back cover) yang terjadi di dunia kejahatan narkotika. Novel ini
seolah-olah sedang mengungkapkan jaringan dari sindikat pengedar
narkotika di Indonesia juga berbagai kasus pembunuhan yang ada di
dalamnya. Dimulai dengan diceritakan terbunuhnya Leo Saada, pemimpin
jaringan narkotika di wilayah 10, di awal bab pertama. Selanjutnya
cerita terus merangkak dengan mengungkapkan kematian pemimpin jaringan
narkotika di wilayah lain yakni Ambon Hepi. Kasus utama yang tengah
diceritakan novel ini memang merupakan sebuah pembunuhan berantai yang
terjadi pada 12 orang pemimpin jaringan narkotika yang ada di Jakarta.
Setidaknya itulah ‘petunjuk’ pertama soal novel ini yang ada pada
halaman 28 dan dimuat di back cover.
Bram, seorang polisi dari reserse narkotika mencoba
mengusut kasus ini dibantu dengan asistennya, Erik. Dari upayanya
mengusut kasus ini, pembaca menjadi paham bahwa kasus yang sedang
ditangani Bram cukup rumit. Ada seseorang yang menjadi dalang dari upaya
pembunuhan berantai ini. Dan dugaan inilah yang kemudian membawanya
kepada kasus yang pernah terjadi sebelumnya, yakni pembakaran rumah
seorang pengedar besar di Jakarta (Frans Al) sebelum ada 12 orang yang
mengambil alih bisnis terlarang ini dan membaginya menjadi 12 wilayah
jaringan. Alur terus mengalir maju dan mundur tanpa membuat bosan
pembaca. Tokoh-tokoh seperti Miaa (polwan yang dipecat dari
kesatuannya), Aretha (wanita yang dianggap rekan bisnis yang sempurna
bagi para pengedar dan menjadi orang yang paling tahu segalanya), Johan
Al (pria pesakitan yang dengan otak cerdasnya bisa menjadi dalang dari
pembunuhan berantai ini), Indira (wanita cantik yang ternyata merupakan
adik dari Johan) juga mengambil peran penting dari kasus yang dipaparkan
novel ini. Tentunya tanpa mengabaikan kepentingan peran tokoh lain
seperti Ferry Saada, Moris, Dunne dan juga para pemimpin dari sindikat
12 yang tersisa.
Dan akhirnya setelah melewati proses yang panjang
seperti perang tak-tik, kematangan konsep, hingga memakan nyawa
terbongkarlah siapa, apa dan bagaimana sebenarnya kasus itu terjadi.
Namun tidak hanya itu, pada akhirnya novel ini pun memberikan kejutan
bahwa ada keterlibatan dari pihak kepolisian dalam kasus ini. Terlebih
lagi anggota kepolisian tersebut menjadi salah satu pion penting dari
sindikat 12.
Novel ini luar biasa. Butuh riset yang matang untuk
konsep cerita dalam novel ini, dan penulisnya sudah mengatakannya
sekilas dalam kata pengantar yang saya anggap bahwa novel ini pun telah
melalui proses riset dan diskusi yang cukup. Saya hanya butuh satu hari
untuk membacanya, karena tidak ingin melewatkan sedetik pun untuk
mengetahui kejutan atau petunjuk atau jejak yang akan dipaparkan novel
ini. Meski kadang harus menahan napas dan ikut berpikir keras
seolah-olah sedang ikut menangani kasus yang terjadi. Yang menarik
ialah, penulisnya tidak berusaha atau ‘sok-sok-an’ misterius dalam
menyembunyikan siapa yang menjadi dalang, otak, penghubung atau penyedia
eksekutor dalam kasus ini. Penulisnya cukup terbuka kepada pembaca
dalam memaparkan kasusnya hingga novel ini tuntas. Meski begitu, tidak
mengurangi perasaan tegang atau keingintahuan pembaca untuk membaca
novel ini hingga tuntas. Mungkin istilah lainnya ialah novel ini
memiliki alur dan konsep cerita yang tidak mudah ditebak.
Wah.. keren. Ini kayak novel2 crime romance yg dari luar gitu yaa
ReplyDelete