Judul: Little Men
Penulis: Louisa May Alcott
Penerjemah: Mutia Dharma
Tebal: 453 halaman
Penerbit: Atria
Cetakan: I, Januari 2011
Rating: 5/5
Ini hasil baca ulang yang tidak membosankan. Meskipun sebenarnya, entah, saya agak kecewa kemarin dengan Good Wives. Bukan salah cerita dan pengarangnya. Salah saya saja yang mungkin gampang bosan dengan cerita yang bertele-tele.
Little Men mungkin menjadi salah satu dari bagian kisah yang bertele-tele, namun saya senang dengan banyaknya tokoh anak-anak disini. Alcott mampu menggambarkan betapa polos dan lucunya karakter anak-anak itu.
Little Men adalah sekuel terakhir dari serial Little Women. Sedikit berbeda dari dua novel sebelumnya, buku ini menceritakan anak-anak yang tinggal di Plumfield yang diasuh oleh Jo March dan suaminya Prof. Bhaer. Banyak anak laki-laki artinya banyak kenakalan. Dan memang begitu adanya di Plumfield, namun Jo tidak lantas putus asa dengan kenakalan anak-anak. Ia dan suaminya selalu tahu bagaimana mengatasi seberapapun liarnya anak-anak termasuk si anak jalanan yang paling liar, Dani.
Proses mendidik anak, apalagi dalam jumlah banyak ditambah berjenis kelamin laki-laki, bukanlah proses yang singkat. Butuh waktu panjang untuk mendidik mereka menjadi pemuda yang berguna bagi masyarakat. Dan pada akhirnya, dengan tetes mata haru, para bocah laki-laki didikan Plumfield pun menjadi anak-anak yang sopan dan tahu bagaimana harus memantaskan diri ketika mereka berkecimpung di lingkungan masyarakat.
Buku ini cocok dibaca anak-anak usia 10 tahun. :)
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 3 oleh Bzee dan read along with children literature sekuel Little Women, Good Wives dan Little Men karya Louisa May Alcott yang diadakan oleh Hobby Buku.
Penulis: Louisa May Alcott
Penerjemah: Mutia Dharma
Tebal: 453 halaman
Penerbit: Atria
Cetakan: I, Januari 2011
Rating: 5/5
Ini hasil baca ulang yang tidak membosankan. Meskipun sebenarnya, entah, saya agak kecewa kemarin dengan Good Wives. Bukan salah cerita dan pengarangnya. Salah saya saja yang mungkin gampang bosan dengan cerita yang bertele-tele.
Little Men mungkin menjadi salah satu dari bagian kisah yang bertele-tele, namun saya senang dengan banyaknya tokoh anak-anak disini. Alcott mampu menggambarkan betapa polos dan lucunya karakter anak-anak itu.
Little Men adalah sekuel terakhir dari serial Little Women. Sedikit berbeda dari dua novel sebelumnya, buku ini menceritakan anak-anak yang tinggal di Plumfield yang diasuh oleh Jo March dan suaminya Prof. Bhaer. Banyak anak laki-laki artinya banyak kenakalan. Dan memang begitu adanya di Plumfield, namun Jo tidak lantas putus asa dengan kenakalan anak-anak. Ia dan suaminya selalu tahu bagaimana mengatasi seberapapun liarnya anak-anak termasuk si anak jalanan yang paling liar, Dani.
Proses mendidik anak, apalagi dalam jumlah banyak ditambah berjenis kelamin laki-laki, bukanlah proses yang singkat. Butuh waktu panjang untuk mendidik mereka menjadi pemuda yang berguna bagi masyarakat. Dan pada akhirnya, dengan tetes mata haru, para bocah laki-laki didikan Plumfield pun menjadi anak-anak yang sopan dan tahu bagaimana harus memantaskan diri ketika mereka berkecimpung di lingkungan masyarakat.
Buku ini cocok dibaca anak-anak usia 10 tahun. :)
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 3 oleh Bzee dan read along with children literature sekuel Little Women, Good Wives dan Little Men karya Louisa May Alcott yang diadakan oleh Hobby Buku.
Cerita tentang anak-anak 'nakal' selalu penuh petualangan yang pasti tidak jadi bacaan yang membosankan :D
ReplyDelete