Top Social

Kilas Buku: Little Men

|
Judul: Little Men
Penulis: Louisa May Alcott
Penerjemah: Mutia Dharma
Tebal: 453 halaman
Penerbit: Atria
Cetakan: I, Januari 2011
Rating: 5/5

Little Men adalah novel ketiga dari serial Little Women karya Louisa May Alcott. Bercerita tentang Sekolah Plumfield, sekolah khusus laki-laki, yang diasuh oleh Fritz dan Josephine Bhaer. Ada 12 anak laki-laki dan 1 perempuan sebelum akhirnya tiba seorang anak yatim piatu bernama Nat. Nat Blake, seorang musisi jalanan cilik yang ditinggal mati ayahnya merasakan kehangatan yang tak biasa selama ia tinggal di sekolah itu. Ibu dan Bapak Bhaer yang ramah dan hangat, juga teman-teman yang baik hati dan mau bekerja sama membuat dirinya betah dan senang belajar.

Sekolah Plumfield bukan sekolah asrama dengan peraturan yang ketat dan membuat anak-anak merasa ngeri ketakutan. Disana anak-anak diberi kebebasan untuk belajar dan bermain. Mereka diberi petak lahan dan bercocok tanam, juga memelihara binatang. Bahkan mereka boleh berbisnis dengan menjual hasil panen dari tanaman dan peliharaan mereka kepada Bu Bhaer, sesama murid Plumfield dan para tetangga. Pastinya yang namanya anak-anak memiliki kenakalan yang khas, namun Bapak dan Ibu Bhaer mendidik dan menyayangi mereka dengan kesabaran tanpa batas. Setiap kebebasan yang mereka berikan selalu diiring dengan pesan-pesan hikmah yang begitu lembut disampaikan lewat cara-cara yang menarik. Sehingga anak-anak pun tidak merasa digurui. Pada akhirnya ketika dewasa para murid Plumfield pun akan tumbuh sebagai manusia yang jujur, santun, berani dan memiliki kesabaran.


***

Novel ini, menurut Kilas Buku, luar biasa bagus. Dan saya sangat menyukainya. Alcott menggambarkan dunia anak-anak yang lucu dan mampu memberi hikmah kepada para pembaca dengan cara yang menyenangkan. Lebih dari sekali saya merasa kagum dan lucu yang tak tertahankan pada dialog anak-anak yang digambarkan Alcott dengan sangat baik. Sesekali juga ikut merasa sedih dan tegang jika membaca sebuah kasus kenakalan salah satu anak. Yang membuat takjub adalah bagaimana Alcott mampu berperan menjadi seorang anak yang lucu dan menggemaskan dan juga orang tua yang bijak dan sabar dalam novel ini.

Baik, saya coba beri contoh bagaimana Alcott membuat dialog para anak kecil dengan menggemaskan. Berikut saya kutip dialog  antara Rob dan Nan ketika mereka berdua tersesat di bukit yang dipenuhi dengan semak beri,

"Kalau kita tinggal disini berhari-hari, kita akan harus makan semua beri di ladang ini, dan nanti kita akan kelaparan."
"Aku akan makan kol. Aku tahu pohon besarnya dan Dan bilang padaku kalau tupai-tupai menggali akar-akarnya dan memakannya. Aku suka menggali," Jawab Rob tidak takut kelaparan.
"Ya, dan kita bisa menangkap kodok lalu memasaknya. Ayahku pernah makan kodok sekali dan dia bilang rasanya enak," tambah Nan.
"Bagaimana kita memasak kodok? Kita tidak punya api."
"Aku tidak tahu, lain kali aku akan bawa korek api di sakuku."

"Bisa kita membuat api memakai kunang-kunang?" Tanya Rob dengan penuh harap.
"Ayo kita coba." Beberapa menit berikutnya mereka bersenang-senang dengan menangkap kunang-kunang dan berusaha membuat mereka membakar satu-dua pohon ranting yang masih hijau.
"Ini omong kosong kalau mereka disebut kunang-kunang karena mereka tidak bisa membuat api." Kata Nan sambil melemparkan seekor serangga yang merana dengan marah...

Mengenai rentang usia yang layak baca bagi anak-anak, Little Men cocok dibaca untuk mereka yang sudah berusia kurang lebih 8 atau 9 tahun. Karena pada usia itu anak-anak tentunya (sedikit-banyak) mengerti apa yang terjadi di sekitar mereka. Sementara dalam buku ini banyak pelajaran yang bisa diambil lewat cerita-cerita yang lucu. Tak hanya anak-anak, buku ini pun cocok dibaca orang dewasa, khususnya bagi mereka yang menjadi orang tua yang ingin belajar bagaimana mendidik anak dengan baik, juga bagi para guru dan para pemerhati anak-anak. Karena dalam buku ini Bapak dan Ibu Bhaer memberi contoh bagaimana menghadapi anak-anak (bahkan kasus mereka yang sangat rumit sekalipun) dengan bijak, tenang dan tetap tersenyum. Mereka menunjukkan tindakan apa yang harus dilakukan sehingga membuat anak-anak begitu hormat, segan dan sayang pada mereka sebagai orang tua.

***
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 1. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini.


3 comments on "Kilas Buku: Little Men"
  1. Wah, review pertama :)
    Kutipannya lucu. Salut dengan Alcott yg bisa menggambarkan kepolosan anak2. Kadang kita orang dewasa memang butuh 'diingatkan' akan hal itu, rasanya menjadi anak2.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mbak.. Dan Alcott mampu mengingatkan kita dengan caranya bercerita. :)

      Delete
  2. Hihi, buku yang cukup jarang genre-nya di Indonesia :)
    Sepertinya menarik untuk dibaca sembari refreshing,

    Salam kenal,
    Athiah

    ReplyDelete

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature