Judul Asli: Charlie and the Chocolate Factory
Pengarang: Roald Dahl
Alihbahasa: Ade Dina Sigarlaki
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: IV / Juni 2006 (Terbit pertama kali 1964)
Rating: 4/5
Rentang Usia: 8 tahun
Sebuah Pabrik Coklat paling besar dan paling tersohor di seluruh dunia terletak tak jauh dari rumah Charlie, bocah laki-laki miskin yang hanya makan sup kubis setiap malam. Pabrik coklat itu ajaib dan misterius. Tidak pernah ada pekerja yang terlihat keluar masuk ke dalam pabrik namun mesin-mesin di dalam pabrik selalu bekerja, mengeluarkan asap dan wangi coklat yang menggiurkan tercium dari jarak terjauh. Semua orang sangat penasaran dengan pabrik coklat itu hingga akhirnya Mr. Willy Wonka mengundang 5 orang anak untuk masuk ke dalam pabriknya dan melakukan tur yang cukup menyenangkan.
Dahl, pencerita anak-anak ulung memang ahli dalam imaginasi. Buku ini adalah salah satu karyanya dari sekian karya lain darinya yang terkenal. Dahl menggambarkan ketidakberuntungan Charlie dengan menjadikannya seorang anak miskin yang tidak punya apapun dan bahkan tidak bisa memainkan apapun seperti yang anak-anak lain lakukan sebelum tidur. Ia hanya duduk di tempat tidur dua pasang kakek dan neneknya untuk mengobrol dan mendengarkan mereka bercerita. Charlie sudah cukup senang mendengarkan cerita-cerita mereka begitu juga dengan para kakek dan nenek. Mereka tampak begitu bersemangat ketika bertemu dengan cucu mereka satu-satunya itu. Disini digambarkan betapa kehangatan keluarga merupakan hal yang sangat menyenangkan meski tidak memiliki apapun. Karena intinya bukanlah soal kekayaan harta, namun kekayaan hati.
Ketika Mr. Wonka mengumumkan mengenai tur mengelilingi pabrik coklatnya, Charlie sudah mulai berharap untuk dapat menjadi salah satu peserta. Namun perjuangan untuk mendapatkan tiket emas bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi Charlie yang hampir tidak mampu membeli sebatang coklat kecuali setahun sekali pada hari ulang tahunnya. Meski akhirnya keberuntungan menghampirinya dengan cara yang tak diduga. Disini intinya bukanlah meletakkan harapan kepada keberuntungan, namun pada sikap yang tak mau berhenti berusaha dan selalu optimis, karena kedua sikap itulah yang sebenarnya merupakan tiket keberuntungan dalam hidupmu.
Para tokoh lainnya seperti keempat peserta tur pabrik coklat juga memberikan para pembaca pelajaran yang baik dari sifat jahat mereka; Augustus Gloop, anak laki-laki yang rakus; Veruca Salt, anak perempuan yang sangat dimanja oleh orang tuanya; Violet Beauregarde, anak yang punya hobi mengunyah permen karet sepanjang hari dan Mike Teavee, anak laki-laki yang kerjanya hanya menonton televisi.
Namun yang paling membuat saya berkesan adalah pesan yang disisipkan Dahl lewat Mike Teeve, si anak yang senang menonton televisi. Pesannya dititipkan lewat nyanyian para Oompa-Loompa.
"JANGAN PERNAH membiarkan mereka mendekam di depan pesawat televisi di rumah-
Atau lebih baik lagi, jangan mempunyai
Benda aneh itu sama sekali.
...
Tapi pernahkah kau diam sebentar dan merenungi,
Apa tepatnya akibat televisi bagi anakmu yang kau sayangi?
IA MEMBUSUKKAN AKAL!
IA MEMBUAT OTAK BERKARAT!
ANAK JADI TOLOL DAN PUCAT!
IA TAK BISA LAGI MENGERTI KHAYALAN, PULAU IMPIAN!
OTAKNYA JADI SELEMBEK KEJU!
DAYA PIKIRNYA MEMBEKU!
IA TAK BISA BERPIKIR--SEMUA JADI KELU!" (hal. 180-181)
Jadi bagaimana para orang tua? Televisi memang baik, namun jangan biarkan anak terlalu banyak menonton televisi atau kalau tidak nanti akan terkena dampak buruk, setidaknya begitulah pesan dari Oompa Loompa.
Buku ini bisa dibaca anak-anak mulai dari 8 tahun. Ini pendapat saya saja sih, rasanya anak 8 tahun sudah pantas. Atau bahkan anak yang lebih muda dari 8 tahun pun sudah banyak yang membaca novel ini. Tergantung pendapat masing-masing, namun menurut saya 8 tahun rasanya lebih pas. hehe.
**
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 4 oleh Bzee dan Read-a-long with Roald Dahl oleh Hobby Buku. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini dan disini.
Be First to Post Comment !
Post a Comment