Ranah 3 Warna (Negeri 5 Menara #2)
Penulis: A. Fuadi
Tebal: 473 halaman
Terbit: 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Alif baru saja lulus dari Pondok dan bertekad untuk belajar mati-matian demi menembus UMPTN dan berkuliah di ITB. Ia pun belajar pelajaran-pelajaran umum yang cukup tertinggal jauh dari Randai. Sahabat karib masa kanak-kanaknya itu mulai agak meragukannya, apakah ia mampu melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia? Apalagi saat itu lulusan pondok pesantren dipandang sebelah mata (kelas dua) dan tidak mampu bersaing dengan lulusan-lulusan sekolah umum seperti Randai. Namun Alif tidak putus asa dan terus berusaha. Akhirnya ia pun sanggup menembus perguruan tinggi negeri meski bukan ITB.
Saat berkuliah pun cobaan masih terus menghampirinya. Perekonomiannya yang sangat kurang membuat dirinya hidup dalam keprihatinan. Meski begitu Alif tidak putus asa dalam belajar. Bahkan ia pun mampu ikut serta program internasional yang membawanya hingga ke belahan utara Amerika dan tinggal serta belajar disana selama beberapa waktu. Cerita Alif seharusnya menjadi contoh bahwa hidup sukses memang tidak datang sendiri begitu saja, namun karena dari kemauan dan kemampuan kita serta usaha yang sungguh-sungguh. :)
Penulis: A. Fuadi
Tebal: 473 halaman
Terbit: 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Alif baru saja lulus dari Pondok dan bertekad untuk belajar mati-matian demi menembus UMPTN dan berkuliah di ITB. Ia pun belajar pelajaran-pelajaran umum yang cukup tertinggal jauh dari Randai. Sahabat karib masa kanak-kanaknya itu mulai agak meragukannya, apakah ia mampu melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia? Apalagi saat itu lulusan pondok pesantren dipandang sebelah mata (kelas dua) dan tidak mampu bersaing dengan lulusan-lulusan sekolah umum seperti Randai. Namun Alif tidak putus asa dan terus berusaha. Akhirnya ia pun sanggup menembus perguruan tinggi negeri meski bukan ITB.
Saat berkuliah pun cobaan masih terus menghampirinya. Perekonomiannya yang sangat kurang membuat dirinya hidup dalam keprihatinan. Meski begitu Alif tidak putus asa dalam belajar. Bahkan ia pun mampu ikut serta program internasional yang membawanya hingga ke belahan utara Amerika dan tinggal serta belajar disana selama beberapa waktu. Cerita Alif seharusnya menjadi contoh bahwa hidup sukses memang tidak datang sendiri begitu saja, namun karena dari kemauan dan kemampuan kita serta usaha yang sungguh-sungguh. :)
Be First to Post Comment !
Post a Comment