Top Social

Kilas Buku: Negeri 5 Menara

|
Negeri 5 Menara
Penulis: A. Fuadi
Tebal: 432 halaman
Terbit: Juli 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Alif yang baru tamat dari MTS di kampungnya bermimpi untuk melanjutkan ke SMA ternama di kotanya, bersama dengan Randai, sahabatnya. Sayang orang tuanya kurang setuju dan memintanya untuk masuk ke Madrasah Aliyah. Alif murung dengan permintaan orang tuanya itu, sementara ia sudah punya mimpi agar selepas lulus SMA nanti ia bisa melanjutkan kuliah ke kampus ternama di Bandung, ITB. Namun ketika tahu impiannya sudah tidak bisa dituruti lagi, ia pun mencoba berdamai dengan kenyataan dan memutuskan untuk pergi ke sekolah agama yang jauh dari kampunya di Minangkabau. Sekolah agama yang berada di Jawa itu merupakan saran yang ia dapat dari pamannya lewat surat. Akhirnya setengah hati, Alif pun pergi merantau ke kampung pelosok di Jawa Timur untuk belajar.


Hari pertama Alif semangat dan takjub dengan nasehat para guru yang menjadi cambuk luar biasa baginya. Ditambah dengan pertemanannya dengan 4 orang sahabatnya yang berasal dari berbagai daerah membuat Alif merasa kerasan belajar. Alif dan 4 temannya yang menjuluki diri mereka sendiri sebagai Shahibul Menara bahu membahu saling menyemangati dalam membangun impian mereka. Namun perjuangan Alif belajar di Pondok bukannya tanpa halangan, sempat ia merasa goyah dan ingin kembali ke kampungnya dan pindah ke SMA bersama Randai. Tapi ternyata Alif masih lebih cinta kepada orang tuanya dan suasana belajar juga teman dan gurunya di Pondok sehingga ia pun bertahan hingga akhirnya lulus.

Pertama kali membaca novel ini rasanya 'ngeklik', apalagi saya memang pernah merasakan sebentar kehidupan pondok, meskipun tidak benar-benar bersuasana seperti Gontor. Ya rasanya bangga sekali dengan adanya novel yang menceritakan kehidupan di dalam pesantren seperti Negeri 5 Menara salah satunya. Karena dengan begini, khalayak ramai pun tahu bagaimana serunya dunia pesantren. Bagaimana kami para santri benar-benar digembleng secara serius dan menyenangkan walaupun dikarantina dari dunia luar. Apalagi dengan begitu para santri mampu menjadi kreatif dan melakukan kegiatan positif yang nantinya berguna selepas lulus. Dan yang paling penting, pesantren bukanlah seperti pandangan orang yang katanya, anak pesantren itu kuno, kumuh dan calon teroris. Hey, tidak begitu. Menjadi santri itu menyenangkan dan banyak ilmu. ;)
Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature