Judul: Little Women
Pengarang: Louisa May Alcott
Penerbit: Serambi
Tebal: 489 halaman
Cetakan: II / November 2009
Rating: 3/5
Keluarga March memiliki empat orang puteri yang cantik, pintar dan baik; Meg, Jo, Beth dan Amy. Masing-masing dari mereka memiliki sifat yang khas namun pada dasarnya masih memiliki sifat ketulusan yang sama.
Tokoh yang lebih tersorot dalam buku ini adalah Josephine March, yang merupakan representatif dari pengarangnya sendiri, Louisa May Alcott. Jo yang senang membaca dan menulis namun agak susah bersosialisasi membawa dirinya tenggelam dalam perpustakaan Bibi March setiap kali mengunjungi dan menjaga bibi tua itu di rumahnya yang besar. Jo yang lebih senang bermain dengan anak laki-laki menjadikannya dekat dengan Laurie yang sempat menaruh harapan cinta pada Jo.
Terlepas dari karakter Jo yang cukup mendominasi, keluarga March pada akhirnya mampu mengatasi segala suka dan duka yang mereka hadapi. Ketiga puteri keluarga March -setelah Beth meninggal tinggallah Meg, Jo dan Amy- menempuh takdir cinta mereka masing-masing. Ketulusan dan kebaikan hati yang selalu diajarkan Marmee melekat kepada karakter mereka bahkan setelah mereka berumah tangga.
***
“.. Aturlah waktunya untuk bekerja dan bermain, buatlah agar setiap hari itu berguna dan menyenangkan, buktikan bahwa kalian mengerti nilai waktu dengan memanfaatkannya sebaik-baiknya. Dengan demikian masa muda kalian akan menyenangkan, di masa tua nanti tidak akan banyak penyesalan, dan kehidupan menjadi keberhasilan yang mengesankan, meskipun kita miskin.” [hal. 253]
Kutipan diatas merupakan salah satu nasehat yang terselip dalam novel pertama dari serial Little Women ini. Para pembaca pasti mampu menganalisa akan adanya kutipan ini. Kita semua tahu bahwa pada awalnya keluarga March adalah keluarga yang berada, namun pada akhirnya harta mereka berkurang ketika Tuan March membantu temannya. Ditambah Tuan March juga harus pergi membantu pasukan dalam kancah perang. Namun Marmee selalu membesarkan para puterinya agar berlaku santun dan penyayang terhadap orang lain, juga bijak dalam mengambil keputusan. Meskipun tidak selalu begitu sikap yang para Puteri March kesankan, karena memang mereka semua dalam posisi usia yang sedang belajar. Mungkin bisa jadi karakter-karakter puteri March dalam novel ini termasuk jenis bildungromans (?).
Buku ini layak dibaca para remaja, sekitar usia SMP boleh lah. Namun juga pantas dibaca oleh usia berapapun setelah itu.
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 3 oleh Bzee dan read along with children literature sekuel Little Women, Good Wives dan Little Men karya Louisa May Alcott yang diadakan oleh Hobby Buku.
Pengarang: Louisa May Alcott
Penerbit: Serambi
Tebal: 489 halaman
Cetakan: II / November 2009
Rating: 3/5
Keluarga March memiliki empat orang puteri yang cantik, pintar dan baik; Meg, Jo, Beth dan Amy. Masing-masing dari mereka memiliki sifat yang khas namun pada dasarnya masih memiliki sifat ketulusan yang sama.
Tokoh yang lebih tersorot dalam buku ini adalah Josephine March, yang merupakan representatif dari pengarangnya sendiri, Louisa May Alcott. Jo yang senang membaca dan menulis namun agak susah bersosialisasi membawa dirinya tenggelam dalam perpustakaan Bibi March setiap kali mengunjungi dan menjaga bibi tua itu di rumahnya yang besar. Jo yang lebih senang bermain dengan anak laki-laki menjadikannya dekat dengan Laurie yang sempat menaruh harapan cinta pada Jo.
Terlepas dari karakter Jo yang cukup mendominasi, keluarga March pada akhirnya mampu mengatasi segala suka dan duka yang mereka hadapi. Ketiga puteri keluarga March -setelah Beth meninggal tinggallah Meg, Jo dan Amy- menempuh takdir cinta mereka masing-masing. Ketulusan dan kebaikan hati yang selalu diajarkan Marmee melekat kepada karakter mereka bahkan setelah mereka berumah tangga.
***
“.. Aturlah waktunya untuk bekerja dan bermain, buatlah agar setiap hari itu berguna dan menyenangkan, buktikan bahwa kalian mengerti nilai waktu dengan memanfaatkannya sebaik-baiknya. Dengan demikian masa muda kalian akan menyenangkan, di masa tua nanti tidak akan banyak penyesalan, dan kehidupan menjadi keberhasilan yang mengesankan, meskipun kita miskin.” [hal. 253]
Kutipan diatas merupakan salah satu nasehat yang terselip dalam novel pertama dari serial Little Women ini. Para pembaca pasti mampu menganalisa akan adanya kutipan ini. Kita semua tahu bahwa pada awalnya keluarga March adalah keluarga yang berada, namun pada akhirnya harta mereka berkurang ketika Tuan March membantu temannya. Ditambah Tuan March juga harus pergi membantu pasukan dalam kancah perang. Namun Marmee selalu membesarkan para puterinya agar berlaku santun dan penyayang terhadap orang lain, juga bijak dalam mengambil keputusan. Meskipun tidak selalu begitu sikap yang para Puteri March kesankan, karena memang mereka semua dalam posisi usia yang sedang belajar. Mungkin bisa jadi karakter-karakter puteri March dalam novel ini termasuk jenis bildungromans (?).
Buku ini layak dibaca para remaja, sekitar usia SMP boleh lah. Namun juga pantas dibaca oleh usia berapapun setelah itu.
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 3 oleh Bzee dan read along with children literature sekuel Little Women, Good Wives dan Little Men karya Louisa May Alcott yang diadakan oleh Hobby Buku.
Salah satu bacaan yang tak pernah bosan kubaca ulang, sarat dengan pesan-pesan moral tapi tidak berkesan menggurui :D
ReplyDeleteThanks for joining this event too :D