Top Social

Kilas Buku: Old Shatterhand

|

Judul: Old Shatterhand: The Wild West Journey
Judul asli: Winnetou I
Pengarang: Karl May
Penerjemah: Melody Violine
Penyunting: Muthia Esfand
Genre: Historical Fiction, Adventure
Penerbit: Visimedia; 2013 (pertama kali terbit 1893)
Tebal: 336 halaman

Seorang pemuda Jerman bernama Charlie bertualang ke benua Amerika dan menuju Wild West. Dia menemukan banyak hal menarik di daerah perbatasan Amerika yang belum ditaklukkan bangsa kulit putih. Banyak tantangan yang harus dia hadapi, seperti ancaman beruang grizzly, orang Indian yang memusuhinya, dan orang kulit putih yang tidak jujur. Dia selalu berhasil dan menang. Dia selamat dari satu demi satu situasi berbahaya berkat kecerdikan, kemahirannya mengangkat senjata, dan kekuatannya yang luar biasa (sehingga dia dijuluki "Old Shatterhand").

Dalam perjalanan, dia berteman dengan seorang pemuda Indian yang sama hebatnya: Winnetou. Keinginan Charlie untuk bersahabat dengan Winnetou terhalang oleh perbedaan mereka. Bangsa Indian sudah terlalu banyak dirugikan oleh orang-orang kulit putih dan perbuatan Charlie di Wild West membuat mereka marah. Bagaimanakah Charlie memeroleh kepercayaan Winnetou dan Suku Apache, padahal nyawa taruhannya? (goodreads)
***
Ini buntelan kedua saya dari Visimedia setelah buntelan pertama yakni Lost Man Lane. Bagaimana rasanya mendapatkan buntelan kedua? Ya sungguh senang pastinya. Apalagi buku yang saya dapatkan adalah buku karya Karl May yang tersohor, meskipun sebenarnya buku ini baru sebagian volume saja dari Winnetou I.

Hal positif yang saya dapatkan dari buku ini, yakni kutipan-kutipan yang mengandung pesan tersirat dari penulis. Yah, meski Karl May terkenal orang nakal yang suka keluar masuk penjara, namun jauh di lubuk hatinya ia masih mempunyai hati nurani. Hal ini tercermin dalam karyanya.

Menciptakan senjata = melakukan pembunuhan tidak langsung
"Kalau kau menciptakan senapan yang bisa menembakkan 25 peluru, dan membiarkan orang-orang picik mebelinya, akan terjadi pembantaian mengerikan di padang-padang prairi dan di jalur-jalur puncak gunung." (hal. 15)
Membaca kutipan diatas, saya jadi teringat kepada lagu kasidah berjudul 'Perdamaian'.
Perdamaian perdamaian [2x]
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai [2x]
Bingung-bingung ku memikirnya
Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Tapi kau buat senjata, biaya berjuta-juta [2x]
Ya, kondisi saat ini sepertinya sesuai sekali ya dengan yang digambarkan oleh kutipan Charlie si Green Horn dan juga lagu perdamaian. Dan tetiba saya pun teringat juga kepada Alfred Nobel, sang penemu dinamit yang pada akhirnya merasa bersalah karena telah menciptakan kehancuran dunia karena penemuannya. Hmm...

Kecantikan hati lebih baik daripada kecantikan fisik
"Semestinya kau bersyukur kepada Tuhan bahwa kau punya tangan dan kaki yang baik! Lagi pula hati dan jiwalah yang penting, bukan fisik." (hal. 109)
So, don't judge the book by its cover. Quasimodo merupakan salah satu contoh. Ia mungkin berbadan besar, bungkuk dan berwajah seram, namun hatinya sangatlah baik. Bilal, salah satu sahabat Muhammad SAW yang setia, boleh jadi berkulit hitam, namun hatinya sungguh lembut kepada orang lain dan teguh terhadap kepercayaannya.

Kun! Fayakun. | Jadilah! Maka jadilah...
"Jalan Tuhan sering kali tampak ajaib, tapi sesungguhnya tetap sangat alami. Hal-hal paling menakjubkan terjadi akibat hukum alam dan kejadian sehari-hari yang sesungguhnya sangat menakjubkan." (hal. 132)
Jika hal ini direnungkan, kok ya rasanya tepat sekali. Terkadang disaat kita sedang dalam kesulitan, tiba-tiba saja datang kemudahan yang entah bagaimana mengalir begitu saja. Mengutip Alquran, memang di balik kesulitan, selalu ada kemudahan. Selalu.
Lagi pula tidak pernah ada kata TIDAK BISA bagi Tuhan. :)

Jadi Karl May benar-benar menjadi pengarang yang baik. Meski ia menggambarkan kedigdayaan kulit putih, namun ia berusaha seimbang dengan mencoba memposisikan dirinya sebagai Indian.

Sayangnya, meski buku ini memang benar bagus, saya kurang menikmati pengalaman membaca kisah Charlie. Maka tidak heran jika proses membaca buku ini selalu tersendat. Padahal buntelan Visimedia ini sudah diterima sejak Oktober lalu. :(

Saya merasa Charlie terlalu sempurna untuk seorang Tanduk Hijau. Dia bisa ini, bisa itu, mampu begini dan mampu begitu. Saya hampir tidak bisa menemukan dimana kekurangan Charlie si Old Shatterhand! Itu yang membuat saya kurang simpati kepadanya.

Selain itu saya juga menangkap kesan sombong dalam diri Charlie, seperti ungkapannya yang berada di halaman lima berikut;
"Sebaliknya, aku menganggap diriku sangat cerdas dan berpengalaman. Bukankah aku selalu rajin belajar dan tidak pernah ciut menghadapi ujian?" (hal. 5)
Jadi intinya bagus atau tidak?
Bagus! Buku ini menarik. Khususnya jika kalian memang tertarik pada gambaran zaman kaum Indian seperti Apache masih eksis di bumi Amerika. Lagi pula, buku ini ditulis oleh Karl May yang ketika menulis buku ini, ia sama sekali belum pernah bepergian ke Amerika. Betapa hebat imajinasinya!

Namun mohon maaf jika saya kurang suka dengan karakter Charlie. Ia memang jagoan utamanya, si Tanduk Hijau itu. Namun... haha, ya silakan saja dibaca sendiri, baru kalian bisa memutuskan apakah kalian menyukainya atau tidak. :)

Ulasan ini diikutsertakan pada New Author dan What's in a Name oleh Ren.
Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature