Judul: The White Tiger
Pengarang: Aravind Adiga
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Genre: Cultural; Contemporary
Penerbit: ANDI, 2010
Tebal: 360 halaman
Balram, supir pribadi Ashok yang polos, sabar, patuh, dan memuja tuannya setengah mati. Siapa yang menyangka ia akan tega menggorok leher sang majikan yang sudah dianggapnya serupa dewa itu? Bagaimana bisa seorang bodoh berubah menjadi kriminal berdarah dingin? Apakah hanya karena fakta aneh di atas? Cerita Balram akan membuka mata Anda lebar-lebar tentang India yang sama sekali belum merdeka, kebohongan Sungai Ganga sebagai simbol emansipasi, kebobrokan politik demokrasi, dan mengapa ia sampai dijuluki sebagai si Harimau Putih. Keadaan yang tidak jauh berbeda dengan negara kita ini berhasil dituliskan Aravind Adiga, peraih The Man Book Prize 2008, ini dengan apik. Kisah luar biasa yang akan menyadarkan Anda dari kebohongan dunia. (goodreads)
***
Membaca buku ini seperti membaca muntahan para kaum tertindas. Kalian akan mengangguk membenarkan, menggeleng karena membenarkan juga, menutup mata dan mengernyitkan dahi karena membenarkan juga. Muntahan ini, sangkin bau-nya, akan ikut membuat perutmu mual. Rasa asamnya bahkan bisa membuat mulutmu pahit seperti racun.
Ada beberapa poin yang mendapat perhatian saya:
Well, di satu sisi ini kurang benar, karena banyak juga bos yang sekolah tinggi. Namun di sisi lain banyak benarnya juga. Karena banyak contoh yang membuktikan bahwa orang-orang yang hanya lulusan SD (atau bahkan tidak lulus SD), drop out dari kampus, dsb menjadi bos dari perusahaan besar. Mau contoh nyata? Bill Gates dan Bakrie.
Poin berikutnya;
Yaaaah, karena kalian sebenarnya memang masih dijajah. Dijajah oleh kebodohan sendiri. Begitu juga negara kami, Indonesia tercinta.
Selanjutnya;
Yang mengatakan hal ini adalah ayah dari Balram alias Munna. Ia berkata seperti itu setelah membunuh kadal yang menjadi penyeban fobia Balram. Dalam arti lain, ia ingin Balram menjadi pemberani, tidak pengecut, tidak takut kepada siapapun apalagi kepada binatang kecil seperti kadal. Ketika dewasa Balram menjelma seperti yang ayahnya inginkan, meski masih terngeri-ngeri melihat kadal.
Lain itu, sang ayah yang hanya penarik rickshaw, memang benar-benar diperlakukan seperti keledai, baik oleh keluarganya maupun kawan dan tuan tanah. Itulah mengapa ia mencoba menunjukkan contoh berani dengan membunuh kadal didepan Balram. Ya begitulah, ayahnya memang sebenarnya benci diperlakukan hina. Meski orang kecil, ia masih punya harga diri.
Kemudian;
Kaum Muslim dan dunianya sedang dalam kondisi terpuruk. Dibodohi dan mau diracuni hedonisme. Tidak berpikir jauh tentang kaumnya. Hanya berpikir mengenai diri sendiri dan golongan. *Sigh*
Lagi;
Ya! Orang-orang kecil, rakyat yang tidak tahu menahu selalu berada di posisi tengah. Mereka terbawa dan dibawa angin. Terkadang ikut yang ini dan ikut yang itu. Mereka bingung. Dan memang apa yang rakyat inginkan adalah simpel dan tidak ribet: HIDUP TENANG DAN DAMAI!
Orang-orang gila saja yang membuatnya berbelit-belit. Orang-orang gila itu berkata bahwa mereka melakukan ini demi kebaikan bersama dan atas nama rakyat. Nyatanya???! *should I spit here? Please advice*
Selanjutnya;
Ha..ha!! I absolutely agree, Mr. Adiga!! Masalah yang sama seperti yang ada di Indonesia. Orang-orang di daerah terpencil sibuk repot dengan pertarungan pilkada, sementara daerah mereka sendiri masih belum benar sanitasinya. Orang-orang besar yang memimpin negara cuma sibuk sendiri memikirkan pertarungan kursi presiden. Sebentar-sebentar rapat partai. Untuk parta punya waktu, tapi untuk rakyat?? Untuk partai ada duitnya, tapi untuk bikin jamban sehat?? Argghh!
Berikutnya;
Hahahahahhahaahah!!!! I couldn't comment for this one. :|
Lanjut lagi;
Kenapa ayah saya tidak pernah mengajari saya menyikat gigi? Mengapa dia membesarkan saya untuk hidup seperti binatang? Mengapa semua orang miskin tetap hidup di semua kejorokan dan keburukan? (hal. 161)
Karena bukan itu yang dipikirkan orang miskin. Yang paling utama bagi mereka adalah MAKAN! Mereka sangat kelaparan untuk memikirkan bagaimana caranya hidup bersih. Lagipula bukannya mereka tidak ingin hidup bersih, hanya saja untuk hidup bersih ada beberapa hal yang kalian harus singkirkan, seperti pindah dari tempat kumuh karena air untuk mandi dan minum saja kotor. Lha bagaimana bisa memulai hidup bersih dari hal-hal kecil? Ah, serba salah.
Lagi;
Banyak korban yang menjadi martir gara-gara hal yang sama. :|
Oke, terakhir;
Haha.. Dunia ini benar-benar terbalik yah. Tidak ada yang bersyukur!!!!
Well, sebenarnya masih banyak kutipan yang menarik hati saya. Namun saya rasa segini saja sudah cukup! Cukup membuat kalian ingin menonjok orang-orang gila di senayan dan jalan merdeka!
Bagi para pembaca yang mengaku aktivis dan sosialis, buku ini bagus sebagai referensi diskusi dan pembangkit semangat untuk mengkritik.
OK, salam bahagia dan sejahtera untuk semua. :)
Ulasan ini diikutsertakan pada New Authors RC 2013 .
Pengarang: Aravind Adiga
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Genre: Cultural; Contemporary
Penerbit: ANDI, 2010
Tebal: 360 halaman
Balram, supir pribadi Ashok yang polos, sabar, patuh, dan memuja tuannya setengah mati. Siapa yang menyangka ia akan tega menggorok leher sang majikan yang sudah dianggapnya serupa dewa itu? Bagaimana bisa seorang bodoh berubah menjadi kriminal berdarah dingin? Apakah hanya karena fakta aneh di atas? Cerita Balram akan membuka mata Anda lebar-lebar tentang India yang sama sekali belum merdeka, kebohongan Sungai Ganga sebagai simbol emansipasi, kebobrokan politik demokrasi, dan mengapa ia sampai dijuluki sebagai si Harimau Putih. Keadaan yang tidak jauh berbeda dengan negara kita ini berhasil dituliskan Aravind Adiga, peraih The Man Book Prize 2008, ini dengan apik. Kisah luar biasa yang akan menyadarkan Anda dari kebohongan dunia. (goodreads)
***
Membaca buku ini seperti membaca muntahan para kaum tertindas. Kalian akan mengangguk membenarkan, menggeleng karena membenarkan juga, menutup mata dan mengernyitkan dahi karena membenarkan juga. Muntahan ini, sangkin bau-nya, akan ikut membuat perutmu mual. Rasa asamnya bahkan bisa membuat mulutmu pahit seperti racun.
Ada beberapa poin yang mendapat perhatian saya:
Anak yang putus sekolah justru paling ingat pelajarannya dibanding yang lain, orang-orang yang menghabiskan 12 tahun di sekolah dan tiga tahun di bangku kuliah, semuanya berjas, bekerja kantoran menghabiskan seumur hidup diperintah orang lain. (hal. 11-12)
Well, di satu sisi ini kurang benar, karena banyak juga bos yang sekolah tinggi. Namun di sisi lain banyak benarnya juga. Karena banyak contoh yang membuktikan bahwa orang-orang yang hanya lulusan SD (atau bahkan tidak lulus SD), drop out dari kampus, dsb menjadi bos dari perusahaan besar. Mau contoh nyata? Bill Gates dan Bakrie.
Poin berikutnya;
India belum pernah merdeka. Awalnya kami dijajah kaum Muslim, lalu diperintah orang Inggris. Pada 1947 orang Inggris pergi, tapi hanya orang tolol yang menganggap kami sudah merdeka. (hal. 23)
Yaaaah, karena kalian sebenarnya memang masih dijajah. Dijajah oleh kebodohan sendiri. Begitu juga negara kami, Indonesia tercinta.
Selanjutnya;
Seumur hidupku, aku diperlakukan seperti keledai. Aku ingin salah satu putraku-satu saja- hidup layaknya pria sejati. (hal. 33)
Yang mengatakan hal ini adalah ayah dari Balram alias Munna. Ia berkata seperti itu setelah membunuh kadal yang menjadi penyeban fobia Balram. Dalam arti lain, ia ingin Balram menjadi pemberani, tidak pengecut, tidak takut kepada siapapun apalagi kepada binatang kecil seperti kadal. Ketika dewasa Balram menjelma seperti yang ayahnya inginkan, meski masih terngeri-ngeri melihat kadal.
Lain itu, sang ayah yang hanya penarik rickshaw, memang benar-benar diperlakukan seperti keledai, baik oleh keluarganya maupun kawan dan tuan tanah. Itulah mengapa ia mencoba menunjukkan contoh berani dengan membunuh kadal didepan Balram. Ya begitulah, ayahnya memang sebenarnya benci diperlakukan hina. Meski orang kecil, ia masih punya harga diri.
Kemudian;
Keempat penyair terbaik dunia adalam Muslim, namun kenapa semua Muslim yang pernah anda temui tidak bisa membaca? (hal. 45)
Kaum Muslim dan dunianya sedang dalam kondisi terpuruk. Dibodohi dan mau diracuni hedonisme. Tidak berpikir jauh tentang kaumnya. Hanya berpikir mengenai diri sendiri dan golongan. *Sigh*
Lagi;
Pertempuran antara teroris Naxal dan para tuan tanah makin berdarah. Orang-orang kecil seperti kami terjebak ditengah. Masing-masing kelompok punya tentara bayaran yang berkeliling dan menembak serta menyiksa semua orang yang dituduh mendukung kelompok lawan. (hal. 93)
Ya! Orang-orang kecil, rakyat yang tidak tahu menahu selalu berada di posisi tengah. Mereka terbawa dan dibawa angin. Terkadang ikut yang ini dan ikut yang itu. Mereka bingung. Dan memang apa yang rakyat inginkan adalah simpel dan tidak ribet: HIDUP TENANG DAN DAMAI!
Orang-orang gila saja yang membuatnya berbelit-belit. Orang-orang gila itu berkata bahwa mereka melakukan ini demi kebaikan bersama dan atas nama rakyat. Nyatanya???! *should I spit here? Please advice*
Selanjutnya;
Kalau saya mendirikan sebuah negara, saya akan memasang saluran pembuangan dulu, baru memikirkan demokrasi, baru membagikan pamflet serta patung gandhi kepada orang lain. (hal. 104)
Ha..ha!! I absolutely agree, Mr. Adiga!! Masalah yang sama seperti yang ada di Indonesia. Orang-orang di daerah terpencil sibuk repot dengan pertarungan pilkada, sementara daerah mereka sendiri masih belum benar sanitasinya. Orang-orang besar yang memimpin negara cuma sibuk sendiri memikirkan pertarungan kursi presiden. Sebentar-sebentar rapat partai. Untuk parta punya waktu, tapi untuk rakyat?? Untuk partai ada duitnya, tapi untuk bikin jamban sehat?? Argghh!
sumber: klikharry.com |
Tiga menterinya dipenjara, namun tetap jadi menteri. (hal. 106)
Lanjut lagi;
Kenapa ayah saya tidak pernah mengajari saya menyikat gigi? Mengapa dia membesarkan saya untuk hidup seperti binatang? Mengapa semua orang miskin tetap hidup di semua kejorokan dan keburukan? (hal. 161)
Karena bukan itu yang dipikirkan orang miskin. Yang paling utama bagi mereka adalah MAKAN! Mereka sangat kelaparan untuk memikirkan bagaimana caranya hidup bersih. Lagipula bukannya mereka tidak ingin hidup bersih, hanya saja untuk hidup bersih ada beberapa hal yang kalian harus singkirkan, seperti pindah dari tempat kumuh karena air untuk mandi dan minum saja kotor. Lha bagaimana bisa memulai hidup bersih dari hal-hal kecil? Ah, serba salah.
Lagi;
Saya akan dipenjara karena kejahatan yang tidak saya lakukan. ( hal. 190)
Banyak korban yang menjadi martir gara-gara hal yang sama. :|
Oke, terakhir;
Orang miskin bermimpi punya cukup makanan dan kelihatan seperti orang kaya. Orang kaya bermimpi menurunkan berat badan dan kelihatan seperti orang miskin. (hal. 245)
Haha.. Dunia ini benar-benar terbalik yah. Tidak ada yang bersyukur!!!!
Well, sebenarnya masih banyak kutipan yang menarik hati saya. Namun saya rasa segini saja sudah cukup! Cukup membuat kalian ingin menonjok orang-orang gila di senayan dan jalan merdeka!
Bagi para pembaca yang mengaku aktivis dan sosialis, buku ini bagus sebagai referensi diskusi dan pembangkit semangat untuk mengkritik.
OK, salam bahagia dan sejahtera untuk semua. :)
Ulasan ini diikutsertakan pada New Authors RC 2013 .
Be First to Post Comment !
Post a Comment