Top Social

Kilas Buku: The Penultimate Peril (A Series of Unfortunate Events #12)

|

Judul: Bahaya Berlanjut
Judul Asli: The Penultimate Peril (A Series of Unfortunate Events #12)
Pengarang: Lemony Snicket
Alih Bahasa: Primadona Angela
Tebal: 336 halaman
Terbitan: Gramedia Pustaka Utama, 2009
"Apakah kau adalah orang yang kuduga?"
Ini adalah buku sebelum terakhir dari kisah hidup anak-anak Baudelaire yang selalu tidak beruntung. Lalu bagaimana dengan kisah mereka yang dibukukan oleh Snicket pada buku ke-12 ini? Soal kesialan mereka tentu saja tidak banyak kemajuan. Mereka tetap saja kebingungan dalam menebak-nebak misteri yang menyelubungi diri mereka.

Kali ini Anak-anak Baudelaire menyamar sebagai concierge di hotel Denouement, sebuah hotel yang menerapkan sistem Dewey sebagai sistem pengaturan ruangannya. Di hotel ini mereka tidak hanya menyamar sebagai concierge, namun juga Flaneur, orang yang hanya mengamati lingkungan dan hanya bertindak jika dibutuhkan.

Mengejutkan mereka harus bertemu lagi dengan beberapa orang yang terkait dengan masa lalu mereka; orang-orang baik dan jahat yang sempat bertugas menjadi wali anak-anak Baudelaire. Pertanyaan mendasar timbul dalam benak mereka, mengapa semua wali berkumpul pada saat yang bersamaan? Ada apa? Dan kapan ketidakberuntungan ini akan berakhir?

Sejujurnya saya membenci kisah ini ketika pertama kali membacanya. Saya benci Snicket pada waktu itu, mengapa ia tega sekali memberi kisah sebegini sial bagi anak-anak dibawah umur? Namun lambat laun saya melunak dan mencoba maklum dengan cerita Snicket yang penuh misteri ini. Sebagai pembaca saya mencoba tabah.

Mau Berubah dan Bersyukur
Ini alasan pertama saya mencoba maklum dengan Snicket. Ya, ini adalah salah satu pesan moralnya.
"Perempuan yang membawaku berkata bahwa seseorang dapat bertahan hidup jauh melewati masa-masa perpecahan jika ia tak takut pada perubahan, tertarik pada berbagai hal besar, dan bahagia dalam berbagai hal kecil." ~Snicket, The Penultimate Peril, hal. 169
Bersenang-senang diatas penderitaan makhluk lain adalah hal yang sungguh keji
Quote berikut ini mengandung sindiran kepada orang-orang yang memiliki hobi membunuh untuk kesenangan pribadi. Ingin contoh? Ya pemburu yang senang menembaki binatang-binatang yang dilindungi adalah salah satu contoh manusia tidak baik.
"Meskipun anak laki-laki melemparkan batu ke arah kodok untuk bersenang-senang, kodok itu tidaklah mati dengan bersenang-senang, melainkan mati sungguhan." ~Snicket, The Penultimate Peril, hal. 185.
Berprilaku Baik dengan dan dari Hati, Bukan Ikut-Ikutan
Dewasa ini anak-anak, khususnya remaja, dan bahkan orang dewasa senang melakukan sesuatu hanya karena hal tersebut sedang digandrungi oleh mayoritas penduduk bumi. Mereka seperti boneka pertunjukan yang ditarik sana-sini dengan benang dan kayu.
"Kalian harus melakukan hal-hal yang baik di dunia," kata Justice Strauss, "bukan melakukan berbagai hal hanya bergantung tren." ~Snicket, The Penultimate Peril, hal. 213.
Hukum: Tidak Memihak atau Malah Buta?
Salah satu kritik sosial yang dilancarkan Snicket dalam novelnya adalah mengenai hukum. Sudah biasa bagi kita melihat hukum yang hanya adil bagi sebahagian pihak. Maka hitam tidak lagi benar-benar hitam, namun ada warna lain yang dirahasiakan.
"Semua orang mengenakan penutup mata dalam pengadilan Mahkamah Agung," jawab manajer, "kecuali para hakim, tentunya. Apakah kalian tak pernah mendengar ungkapan 'Keadilan itu Buta'?"
"Ya," kata Klaus, "tapi kupikir artinya adalah bahwa keadilan seharusnya adil dan tidak berprasangka."
"Mahkamah Agung memutuskan untuk mengartikan ungkapan tadi secara harfiah," kata sang manajer, "jadi semua orang kecuali para hakim harus menutup mata sebelum pengadilan bisa dimulai." ~Snicket, The Penultimate Peril, hal. 251-252.
Bildungsroman
Selain memiliki kategori misteri dan petualangan, novel ini juga menunjukkan diri bahwa ia termasuk kedalam bildungsroman. Karena ia bercerita tentang kisah anak-anak Baudelaire dalam menghadapi berbagai masalah pelik yang pada akhirnya menempa diri mereka dalam hal psikologis, moral, dan sosial.
"Bildungsroman," kata Sunny, menyebutkan salah satu genre novel yang menjelaskan bentuk kepribadian seorang tokoh yang biasanya masih muda, dalam hal psikologis, moral, dan sosial. Ia memaksudkan sesuatu seperti, "Sejak saat itu, kisah kami telah menjadi studi mengerikan dan panjang mengenai berbagai hal keji di dunia, dan berbagai rahasia misterius yang tersembunyi di setiap sudutnya." ~Snickte, The Penultimate Peril, hal, 273.
Pada akhirnya saya menyukai idealisme Lemony Snicket dalam menulis serial ini. Mengapa ia menulis kisah ketidakberuntungan yang sangat panjang sekali dan membuat sebagian pembaca (saya) tidak tega membaca hal-hal menyedihkan terus menerus terjadi pada anak-anak Baudelaire? Karena Snicket ingin menyentil dan mengingatkan bahwa hidup ini tidak mudah. Yah, tidak semudah kisah cinderella yang sepertinya gampang menyelesaikan masalah dengan hadirnya ibu peri. Dan masalah sulit tidak hanya mengakibatkan kesedihan saja, namun juga kekuatan dan ketegaran. Masalah membuat seorang anak kecil mampu menyelesaikan kesulitan dengan tenang dan bijaksana. Masalah yang menempa kita menjadi seseorang yang lebih baik.

Buku ini bagus untuk anak-anak remaja setingkat kelas 9 SMP, yakni mereka yang sedang membuka mata lebar-lebar terhadap dunia ini. Yakni mereka yang sedang memilih-milih gaya hidup seperti apa yang akan dijalani; berbuat baik atau sekedar menggandrungi artis dan tren?

Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 4 oleh Bzee.
Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature