Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang ditulis oleh Ahmad Tohari. Novel ini terdiri atas tiga buku yang mungkin bisa kita sebut sebagai trilogi. Buku pertama berjudul ‘Ronggeng Dukuh Paruk: Catatan buat Emak’, buku kedua berjudul ‘Lintang Kemukus Dini Hari’ dan buku ketiga berjudul ‘Jantera Bianglala’.
Dalam buku pertama, ‘Ronggeng Dukuh Paruk: Catatan buat Emak’ fokus pada pengenalan tokoh dan setting novel. tokoh yang menjadi pusat utama pembaca disini ialah Srintil, seorang perempuan yang dipercaya menitisi roh seorang ronggeng. Srintil dilahirkan di sebuah kampung miskin di daerah gersang yang bernama Dukuh Paruk. di dukuh ini, kehadiran ronggeng sangat diharapkan. karena kesenian ini merupakan primadona di Dukup Paruk dan setelah sekian lama kesenian tayub dan ronggeng ini menghilang hingga akhirnya muncul kembali Srintil yang membawa roh titisan ronggeng dengan bakat yang luar biasa. dalam buku satu ini disisipkan pula kisah romantika antara Srintil dan Rasus, teman masa kecilnya yang dicintai dan mencintainya.
Buku kedua, ‘Lintang Kemukus Dini Hari’, mengisahkan Dukuh Paruk setelah peninggalan Rasus yang bekerja pada tentara. dikisahkan Srintil tidak suka meronggeng lagi karena memikirkan cintanya pada Rasus yang pergi begitu saja tanpa pamit. sementara itu, situasi politik simpang siur menimpa Dukuh Paruk. salah satu bencana datang ketika seorang bernama Bakar menghampiri Dukuh Paruk dengan berbagai teori persama-rataan hak. Bakar mulai menjadikan Dukuh Paruk sebagai basecamp pergerakan komunis dan mulai menjadikan Ronggeng dan Tayub sebagai alat kampanye PKI. warga Dukuh Paruk yang tidak mengerti apa-pun senang dengan perlakuan Bakar yang selalu melibatkan kesenian Ronggeng di berbagai pertemuan. dan ketika komunis kalah dan harus diberanguskan, orang-orang Dukuh Paruk dituduh sebagai antek-antek komunis sehingga dukuh mereka harus dibakar dan orang-orang mereka dipenjara tak terkecuali Srintil yang mendapat jatah penjara lebih lama.
Buku ketiga, ‘Jantera Bianglala’, bercerita tentang kehidupan Srintil pasca penahanan selama dua tahun. ketika itu perasaan Srintil pada Rasus tetap tidak berubah. perempuan itu masih mencintai Rasus dan selalu bermimpi akan menikah, melahirkan dan mengurus keluarga dengan status sebagai istri yang baik. walau Rasus lama tak kembali ke Dukuh Paruk dan Srintil masih mencintainya, namun hal ini tidak menutup kemungkinan Srintil membuka hubungan dengan laki-laki selain Rasus dengan terus berharap bisa mencapai cita-citanya yakni sebagai istri dan ibu yang baik. hingga akhirnya ia harus dibohongi oleh laki-laki yang akan menjadi suaminya, Srintil merasa putus asa dan mengalami depresi yang sangat berat. depresi ini menyebabkan Srintil harus memiliki penyakit jiwa yang kemudian mengantarkannya ke sebuah kamar jeruji di Rumah Sakit Jiwa.
Banyak hal yang bisa diambil dari novel ini. mulai dari sisi budaya, yakni Tayub dan Ronggeng yang punah karena pendudukan komunis. kemudian dilihat dari sisi sejarah dengan menampilkan kelamnya kisah politik komunis. tapi saya suka melihatnya dari sisi perasaan seorang perempuan yang harus berkorban banyak demi warga Dukuh Paruk dan laki-laki yang dicintainya. jujur, dalam novel ini saya sempat sebal dengan tokoh Rasus yang berlagak tidak mencintai Srintil dan harus memendamnya hingga perempuan itu menjadi depresi dan gila. saya mengerti ketika seseorang mencintai orang lain, akan ada saat dimana mereka tidak mau mengakui perasaannya. mungkin ada sesuatu yang harus ditutupi dan tidak ingin diketahui orang lain. ini yang disebut keangkuhan cinta saya rasa, jiah. hehe…
Tapi sebenarnya esensi dari novel ini, seperti yang pernah seorang teman blogger katakan, adalah kebodohan yang sangat merugikan manusia. penulis Ahmad Tohari jelas menyampaikan pesan itu kepada kita. Dukuh Paruk di dalam novel dijelaskan sebagai dukuh yang miskin, cabul dan bodoh. mereka melakukan hal-hal yang kurang senonoh di mata masyarakat luar dukuh karena memang mereka tidak mengerti dan tidak memiliki pengetahuan. sehingga wajar saja ketika dibodohi orang lain mereka bagai kerbau yang dicocok hidungnya. saya suka ketika adegan Rasus yang berjanji akan menempa Dukuh Paruk untuk menjadi dukuh yang lebih maju dan tidak terbelakang seperti sebelumnya.
well, begitu saja ulasan dari saya. semoga bisa bermanfaat lebih kurangnya. :)
Be First to Post Comment !
Post a Comment