Pages

7.08.2017

Kilas Buku: Pope Joan


Buku ini sudah bertahun-tahun ada dalam timbunan saya. Kini setelah berbulan-bulan tidak menambah timbunan baru, saya baru mulai lagi proyek babat timbunan. Yah babat timbunan kali ini ndak pake "dipamerin" dalam bentuk challenge kayak yang sudah-sudah sih, soalnya dulu biasanya cuma posting master post nya aja, abis itu ndak ada hasilnya. Hehe. Semoga babat timbunan kali ini bisa berhasil. :D

Pada awalnya saya tidak terlalu 'ngeh' dengan topik yang akan saya baca, meskipun jelas-jelas judul, gambar sampul, dan sinopsis di sampul belakang sudah menyatakan maksud cerita. Yang saya pedulikan hanyalah tebal buku dan jumlah halaman yang bikin saya berat membacanya, yakni: 736 halaman. Ternyata hal itu bisa mengintimidasi sebegitu dalam ya, sehingga saya menunda membaca buku ini hingga bertahun-tahun lamanya.

Jadi sesuai dengan judulnya, buku ini bercerita tentang Pope Joan, seorang Paus perempuan yang pernah memegang tampuk tertinggi Kristiani dari tahun 853-855 M. Joan, lahir di sebuah desa yang jauh bernama Ingelheim pada tahun 814. Sang Ayah adalah seorang Kanon (pendeta tingkat desa) dan sang Ibu adalah perempuan yang berasal dari Saxon, negeri yang menyembah dewa-dewi Pagan (salah satunya Thor). Ibu Joan termasuk orang yang beruntung karena dibiarkan hidup ketika tentara Kaisar Lothar yang sudah beragama Kristen menyerang kampungnya. Sayangnya ia terpaksa menerima tawaran sebagai isteri seorang Kanon (ayah Joan) supaya tetap hidup. Meski begitu, Gudrun, itu nama Ibu Joan, diam-diam tetap mempercayai dewa-dewi negeri Saxon dan menolak kepercayaan Kristen.

Sejak lahir Joan sudah menjadi anak yang istimewa. Meskipun perempuan, ia sudah mampu membaca dan menulis berkat pengajaran secara diam-diam oleh Kakaknya, Mathew. Hingga akhirnya ia tumbuh menjadi anak perempuan yang haus akan ilmu pengetahuan, alih-alih memasak dan melakukan pekerjaan perempuan lainnya. Singkat cerita perjalanan Joan menjadi seorang yang terpelajar tidaklah mudah. Seringkali ia harus disiksa Ayahnya hampir mati karena ketahuan sedang membaca. Ia bahkan harus rela kabur dari rumah demi mengikuti John (kakak keduanya) yang akan dikirim belajar ke luar kampungnya.

Ide menjadi seorang Paus tidak pernah ada dalam ambisi Joan. Yang ia inginkan hanyalah kebebasan belajar, berpikir, dan bertindak bagi perempuan sepertinya. Tetapi suatu ketika muncul ide untuk menyamar sebagai laki-laki ketika bangsa Viking menyerbu Dorstadt, kota dimana ia dan John bersekolah. Ketika itu John mati sebagai prajurit, sementara Joan yang selamat terpaksa harus menyamar sebagai sebagai kakaknya itu untuk keberlangsungan hidupnya. Sejak itulah ia menempuh takdirnya sebagai laki-laki hingga akhirnya menjadi Paus. Tidak ada yang mengetahui rahasia terdalam Joan hingga takdir yang lain muncul kepadanya.
**
Saya sangat menyukai buku ini, bahkan memberinya 5 bintang. Sungguh hal yang pantas untuk sebuah novel sejarah yang ditulis dengan serius dan berdasarkan penelitian bertahun-tahun lamanya. Lantas apa yang menjadikan novel ini begitu menarik?

1. Tema
Tema tentang seorang Paus perempuan bernama Joan adalah hal yang sangat kontroversial. Sampai saat ini belum ada sejarah lengkap yang mengulas keberadaan Paus Joan. Dunia terbagi atas dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa keberadaan Paus Joan adalah propaganda sebuah kelompok yang ingin merongrong Vatican dan agama Katolik. Pendapat lainnya menyatakan Paus Joan benar adanya dan memang pernah menjadi seorang Paus. Hanya saja bukti-bukti sejarah tentang dirinya dihapus sedemikian rupa hingga tidak akan ditemukan di berkas sejarah manapun, kecuali dalam tulisan Jean de Mailly dan Martin of Opava pada kisaran 1200an.

Yang membuat saya salut kepada penulisnya, Donna Woolfolk Cross, adalah ia menjelaskan dengan cukup fair bagaimana proses penelitian tentang novelnya ini berlangsung. Sejarah tentang Paus Joan pun ia jelaskan apa adanya. Ia juga mengungkapkan pendapatnya tentang beberapa kejanggalan yang menyebabkan kemungkinan sejarah Paus Joan sengaja dimusnahkan. Menurutnya, bukan hal yang tidak mungkin untuk menghapus seorang Joan mengingat pihak kepausan masa itu betul-betul mengerahkan usaha mereka sekeras-kerasnya. Bahkan Napoleon Bonaparte pun dihapus dari sejarah oleh kaum Bourbonis kalau ia pernah menjadi Kaisar Perancis (hal. 723).

2. Feminist
Saya akui novel ini selain bersifat historical fiction, ia juga sangat feminist. Tapi apa yang diperjuangkan oleh tokoh utamanya disini, Pope Joan, memang sangat pantas dilakukan. Meskipun saya sudah tahu jika zaman dahulu adalah zaman jahiliyah dimana kaum perempuan sangat sulit untuk hidup dengan bebas, saya baru benar-benar "melek" setelah membaca buku ini.

Berbagai kisah masa Nabi Muhammad SAW yang menyebarkan agama Islam dengan latar belakang kaum Arab yang sangat jahiliyah sebenarnya sudah saya pahami luar dalam. Para perempuan Arab masa itu punya harapan hidup yang sangat pendek, bahkan sejak lahir mereka punya peluang yang besar untuk dikubur hidup-hidup.

Ternyata, ketidakadilan terhadap perempuan tidak hanya terjadi kepada Bani Quraisy saja, atau perempuan Indonesia saja, namun juga kepada perempuan-perempuan Eropa dan Afrika. Saya kaget ketika perempuan dianggap antek Iblis dengan dalih ayat dari Alkitab (berdasarkan Hawa yang membujuk Adam untuk memakan buah Khuldi atas godaan Iblis). Bahkan darah menstruasi pun dianggap dapat menyebabkan masakan tidak enak, dan berbagai hipotesis aneh lainnya.

Bersyukurlah para perempuan masa kini yang mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal belajar, bekerja, dan bertindak. Tentu saja keadilan itu harus sesuai kodrat masing-masing.
**

Akhir kata, novel ini adalah salah satu novel yang layak baca. Adapun tema yang kontroversial bukan untuk merusak ideologi yang sudah ada, namun membuka kesempatan bagi diskusi-diskusi lanjutan tentang sejarah terkait. Saya merekomendasikan buku ini kepada para pembaca yang memiliki pikiran yang terbuka untuk segala informasi baru. Mengenai perbedaan pendapat untuk hasil akhir adalah hal yang wajar, maka ada baiknya kita saling memahami tentang ragam pendapat itu.

Info buku

Judul: Pope Joan
Pengarang: Donna Woolfolk Cross
Penerjemah: F.X.Dono Sunardi
Peyunting: Vitri Mayastuti
Tebal: 736 halaman
Penerbit: Serambi, Desember 2006 (pertama kali terbit 1996)


No comments:

Post a Comment