Pages

9.11.2013

Kilas Buku: Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa


Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa
Oleh Maggie Tiojakin
Paperback, 241 halaman
Gramedia Pustaka Utama, Juli 2013

Hubungan saya dengan cerita-cerita absurd adalah love-hate relationship, meski sebenarnya tidak seekstrim itu juga hehe. Terkadang saya menyukai cerita yang sarat ke-absurd-an seolah saya paham apa maksud si penulis dan apa yang akan terjadi dengan para tokoh ceritanya. Terkadang juga saya benci dan tidak paham dan merasa aneh dengan cerita-cerita yang tidak jelas juntrungannya. Tidak jelas alurnya dan tidak jelas keterangannya. Namun setelah itu saya maklum kembali. Karena saya berpikir, toh hidup ini pun sebenarnya absurd.

Sebelum saya lanjutkan dengan ulasan cerita karya Maggie dibawah ini, saya ingin pamer dulu bahwa saya pernah juga membaca beberapa cerpen yang menurut saya tak kalah bagus ke-absurd-an-nya. Salah satu kumcer yang dimaksud adalah Parmin, karya Jujur Prananto. Cerpen-cerpen Jujur adalah absurd? Menurut saya iya. Disana kita diajak berpikir tentang gilanya para manusia. Orang-orang gila yang mengaku waras adalah hal teraneh yang pernah saya lihat. Bahkan mungkin saya dan kalian termasuk orang-orang yang dekat dengan ke-absurd-an (?).

Well, baiklah, mari lebih lanjut kita intip satu per satu cerpen Maggie dalam SKTLA:

1. Tak Ada Badai di Taman Eden
Seorang perempuan bernama Annouk menjadi pribadi yang berbeda setelah mengalami kecelakaan mobil bersama suaminya. Ia melihat badai dengan cara yang berbeda; langit meledak-ledak dan jatuh berkeping-keping, mengisap apa saja yang ada di sekitarnya. Barney, sang suami yang awalnya tak percaya pun ikut menyaksikan sendiri pada akhirnya.

Ketika membaca nama Annouk, saya jadi teringat pada tokoh Annouk pada novel Chocolat. Dalam novel tsb, dikisahkan Annouk sebagai gadis kecil yang punya teman khayalan. Dan saya membayangkan jika kemudian Annouk tumbuh besar dan menjadi istri dari seorang Barney. Hingga ia bisa melihat badai itu, langit itu.

Anggapan saya, ini adalah gambaran tentang akhir dunia yang dalam cerita ini disaksikan oleh sepasang suami istri, Barney dan Annouk. Dan pada akhirnya mereka dihidupkan kembali di Taman Eden tanpa badai apapun lagi. Langit dirasa indah, bersih dan menawan.

2. Kristallnacht
Saya tidak tahu bahasa apa yang digunakan untuk judul diatas. Mungkin Jerman? Tapi saya tidak tahu. Ini tentang kejadian yang dialami oleh warga keturunan di suatu negeri yang dipaksa pergi hanya karena berbeda agama dan kebudayaan. Ketika membaca kata-kata warga keturunan, pikiran saya langsung tertuju pada orang-orang Cina. Mungkin karena saya tinggal di Indonesia dan yang familiar disebut sebagai warga keturunan adalah orang-orang Cina. Padahal belum tentu. Bisa jadi mereka adalah kaum minoritas India atau Arab atau Negro atau Aborigin atau ... YAHUDI.

Dan dugaan saya adalah tokoh yang bernama Leiter disini berasal dari kata Hitler dengan huruf 'H' yang dihilangkan.

Pesannya adalah tidak baik menjadi mengucilkan sesuatu hanya karena mereka tidak sama. Heterogen malah membuat hidup lebih berwarna dan menakjubkan.

3. Lompat Indah
Banjir kerap kali merambah ibu kota. Ketika membaca Lompat Indah, saya teringat pada daerah Kampung Melayu yang sering dirambahi genangan tinggi. Saya melihat cerita ini rasanya biasa saja. Yah mungkin karena banjir sudah biasa ada di sekeliling saya. Mengenai lompat indah itu sendiri, mungkin saja si tokoh yang melakukan lompat indah sudah putus asa dengan problematika yang digambarkan seperti banjir bandang. Akhirnya sebelum ia yang dilalap banjir, lebih baik ia yang menghampiri masuk genangan dan berenang bersama ikan Paus dari lautan.

4. Fatima
Fatima hanyalah suara komputer yang ada di dalam permainan komputer. Namun entah mengapa si tokoh utama merasa Fatima begitu nyata hingga ia merasa jatuh cinta padanya, pada suaranya. Hmm, orang-orang seperti ini bukan cuma ada satu, tapi banyak. Tanpa sadar para gamers sudah menyerahkan separuh kehidupan mereka kepada dunia khayal. Padahal apa pula indahnya berpikir dan bekerja dalam dunia khayal?

5. Panduan Umum Bagi Pendaki Hutan Liar
Dua pendaki berbeda usia sedang asyik menikmati hutan asri di sekitarnya hingga tiba-tiba makhluk buas mengejar mereka. Cerpen ini mengingatkan saya kepada kehidupan manusia yang terkadang bisa berbalik arah. Bisa saja detik ini sangat tenang dan menyenangkan juga membahagiakan, namun detik berikutnya bisa jadi sangat sengsara dan menyengsarakan. Tuhan Maha pembolak-balik keadaan maka begitulah kehidupan, tidak bisa dianggap remeh.

6. Kota Abu-Abu
Kota Abu-Abu mengingatkan saya pada negara Eropa di ujung utara sana, entah Swedia atau Norwegia, atau yang lain yang saya tidak tahu. Kota yang dimana hanya ada satu warna dan satu hawa; abu-abu dan musim dingin. Penduduknya terkadang bosan hanya hidup dengan satu warna, dan mereka menginginkan warna yang lain. Dikisahkan ada seorang istri yang harus pergi ke belahan bumi lain hanya karena ingin melihat warna selain abu-abu. Namun tidak semua penduduk seperti si istri tadi. Sang suami dari istri yang pergi lebih merasa nyaman tinggal dalam warna Abu-Abu.

Inti dari cerita ini adalah, seindah apapun negara orang lain, rumah gubuk di kampung halaman sendiri lebih menentramkan. Namun jangan karena itu kita menjadi picik dan tidak mau pergi kemanapun. Bepergian itu bagus apalagi untuk mencari bekal ilmu. Tetapi sekali lagi jangan pernah lupa untuk kembali.

7. dies irae, dies illa
Bercerita tentang negara-negara yang dirundung perang panjang. Masing-masing kubu meneriakkan kebenaran. Mereka bukan musuh, justru saudara. Saudara yang bertengkar dan melakukan perang saudara. Namun terlepas dari itu semua, alasan utama dari perang ini adalah ego dan kekuasaan. Hanya demi dua hal itu, si para pemimpin kubu rela mengorbankan nyawa saudara dan teman-temannya untuk sebuah tahta dan kekuasaan. Lantas sesudah itu apa? Well, ketika mati kekuasaan tidak akan berpengaruh kepada bertambahnya pahala kita lho.

8. Saksi Mata
Pembunuhan tanpa saksi mata adalah pembunuhan yang harus dikira-kira kronologisnya. Ah andai saja benda-benda bisu bisa berbicara dan menjadi saksi ketika dibutuhkan.

9. Labirin yang Melingkar-lingkar dalam Sangkar
Keinginan kita terkadang menbawa kita kepada bencana. Itu yang saya pikirkan setelah membaca cerpen ini. Pelajarannya, terkadang kita tak perlu banyak bertanya tentang alasan mengapa ini harus begitu dan mengapa itu harus begini. Karena tidak semua jawaban mampu memuaskan kita. Justru sebagian jawaban membawa kita kepada ketidakjelasan.

10. Ro-Kok
Cerpen ini membicarakan soal kecintaan kita kepada benda yang bahkan melebihi kecintaan kita kepada kekasih atau istri di dunia nyata.

11. Dia, Pemberani
Manusia memiliki obsesi yang terkadang tidak jelas alasannya dan tidak masuk akal. Dan cerpen ini berkisah tentang orang sejenis itu. Melakukan sesuatu yang terkadang tak jelas alasannya dan ketika ditanya ia hanya tertawa dan bilang dengan santainya hanya untuk bersenang-senang. Dasar orang gila.

12. Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini
Lagi-lagi cerpen ini berkenaan dengan games komputer. Saya tidak terlalu menangkap apa yang berkaitan dengan judulnya. Mungkin saja yang dimaksud adalah rasa senang-senang pada usia muda dengan bermain game yang tidak akan bisa dilakukan lagi ketika tua menjelang. Lain itu saya menangkap bahwa jiwa-jiwa manusia lebih senang menyalurkan aspirasinya pada dunia maya daripada dunia nyata. Lantas apa bedanya kita dengan makhluk tak bernyawa yang ada di dunia nyata? Ah namun kadang dunia maya memang bisa lebih memberi ketenangan.

13. Jam Kerja
Bercerita tentang sosok karyawan laki-laki yang sedang mengkhayalkan rekan perempuan yang berdiri di hadapannya. Hmm, mungkin saja dia kurang olahraga sebagai penyaluran hasrat.

14. Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa
Resiko hidup astronot mungkin sama seperti pilot, hanya saja astronot lebih rentan. Saran saya untuk para astronot, lebih baik kalian membangung vila dulu di luar angkasa sana, kalau perlu di setiap planet. Sehingga kalau kita sedang ada masalah terdampar, maka kita bisa istirahat dengan nyaman dalam vila itu sambil menonton televisi.

Well, akhir review ini, saya cukup suka dengan gaya bahasa Maggie. Untuk ide cerita sebenarnya biasa saja, namun mungkin jadi lebih absurd karena banyak cerita yang dibiarkan menggantung atau lebih menekankan kepada sisi absurdnya.

P.S. Review ini sekaligus diikutsertakan pada New Author RC yang diadakan oleh Ren. :)

1 comment: