Ilustrasi: Somasiri Herath |
Pengarang: Sybil Wettasinghe
Ilustrator: Somasiri Herath
Negara: Sri Lanka
***
Hari raya Waisak hampir tiba dan para penduduk desa sudah ramai menyiapkan perayaan itu sejak lama. Lihat dan dengarlah suasana di Wihara. Pendeta dan penduduk yang sedang berkunjung sedang membaca baris-baris suci.
Menjelang festival hari raya Waisak, para penduduk memang ramai membuat pernak-pernik cantik seperti kembang-kembang dan lampion yang terang menyala. Seorang anak laki-laki yang hanya tinggal berdua dengan neneknya sangat ingin membuat lentera sebesar rumah. Anak laki-laki yang biasa dipanggi Patiya (dalam bahasa Sri Lanka berarti Bayi) oleh neneknya itu hanya punya 20 hari lagi sebelum festival tiba.
Menyerahkah Patiya? Sementara ia tidak punya kertas yang cukup untuk membuat lentera sebesar rumah. Anak kecil itu sempat menangis dan ingin menyerah namun syukurlah neneknya yang penyayang terus memberikan suntikan semangat hingga akhirnya ia berhasil membuat lentera yang indah bahkan sangat indah ditambah ada kejutan dari dalam lentera itu yang membuat para tetangga kagum. Apa itu?
Ya apa itu? Hehe. Maksud saya apa pesan moral dari cerpen ini? Ya pastinya, agar kita tidak boleh menyerah dengan apa yang sedang kita usahakan. Dan perlunya seorang pendukung dan pemberi motivasi ketika kita sedang dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan (down). Seperti karakter Nenek Patiya dalam cerpen ini. Bagaimana ia mendukung cucu satu-satunya itu dengan penuh perhatian dan bahkan turun membantu. Begitulah caranya menyenangkan dan menimbulkan rasa senang kepada hati anak agar lebi giat bekerja keras.
***
Tentang penulis dan illustrator:
Sybil Wettasinghe adalah seorang jurnalis dan pemenang award-winning writer writer of children's stories dan juga menggemari kerajinan Batik.
Somairi Herath adalah seorang ilustrator Sri Lanka yang mana karya-karyanya seringkali dipamerkan. Ia juga aktif sebagai desainer sampul buku.
Be First to Post Comment !
Post a Comment