Judul: Inkspell
Pengarang: Cornelia Funke
Alih bahasa: Dinyah Latuconsina & Monica D. Chresnayani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Juni 2012
Tebal: 680 halaman
Usia: 15+
Buku
pertama serial Inkworld tentunya menyisakan pertanyaan besar: Apa yang
terjadi setelah kematian Capricorn? Apa kabar Mortola dan Basta dalam
pelariannya? Tentunya kedua orang kejam itu tidak akan diam begitu saja
bukan? Lalu apa yang terjadi dengan Staubfinger dan Farid? Sungguh
kasihan di Penari Api yang tidak dapat kembali ke negeri asalnya itu.
Namun kita biarkan saja Farid yang tidak pernah merindukan kampung
halaman karena kini ia telah jatuh sayang kepada Staubfinger sebagai
gurunya. Dan satu hal lagi, apakah Meggie, Resa dan Mo juga Elinor dan
Darius akan benar-benar berbahagia setelah kejadian menyeramkan di
wilayah gelap kekuasaan Capricorn beberapa waktu lalu? Hey dan juga
bagaimana kabar Fenoglio yang kini tinggal di dalam ceritanya sendiri.
Nah atas pertanyaan-pertanyaan diataslah Funke melanjutkan kisah Inkworld yang kedua dan bahkan yang ketiga!
Pada
sekuel kedua ini Funke bercerita lebih dalam mengenai dunia Inkworld.
Bagaimana sebenarnya dunia asal Staubfinger, Basta dan Capricorn. Ia
merasa harus menambah satu lagi Lidah Ajaib (selain Mo, Meggie dan
Darius) untuk memiliki keahlian istimewa, yakni mengembalikan tokoh
cerita kembali kedalam ceritanya sendiri. Lidah Ajaib ini bernama
Orpheus. Tak hanya membaca dengan merdu, Orpheus juga mampu menulis dan
memutar kata-kata menjadi cerita yang menakjubkan. Akhirnya ia pun
berperan sebagai orang penting yang mengembalikan Staubfinger.
Ternyata
urusan masih belum selesai. Orpheus tidak dengan cuma-cuma
mengembalikan Staubfinger. Semua ada kompensasinya. Ya, segala sesuatu
pasti ada kompensasi, apapun itu. Tokoh jahat yang berada di belakang
Orpheus (siapa lagi kalau bukan Basta dan Mortola) merangsek ke rumah
Elinor dan menyebabkan Mo sekeluarga masuk ke dalam buku untuk mengalami
petualangan yang pahit kesekian kalinya. Kepahitan bukan hanya
dirasakan tokoh baik namun juga tokoh jahat dalam Inkworld, karena entah
bagaimana cerita berada dalam jalur yang tidak semestinya. Tidak ada
lagi yang dapat mengendalikan cerita. Semua mengalir seperti air. Cerita
tahu jalannya sendiri, tidak lagi harus menunggu perintah-perintah sang
pengarang. Maka pada akhirnya Fenoglio si empunya Inkworld mengalami
rasa putus asa yang parah.
Lalu apa yang dapat
dilakukan kalau sudah begini? Farid dan Meggie memutuskan untuk berusaha
ikut mengembalikan cerita ke alur yang benar. Dan sebagai pembaca, kita
diminta untuk bersabar dan menebak-nebak apa yang akan terjadi
selanjutnya. Tidak ada salahnya menebak-nebak lalu meleset untuk cerita
yang satu ini, karena Funke bukan penulis dengan konsep yang asal jadi.
Komentar:
BTW, yang diatas review sekaligus sinopsis ya. Sudah ndak berkesan spoiler kan ya? :D
Cerita
kelanjutan Inkheart ini lebih seru petualangannya. Semua berjalan di
luar dugaan saya. Jika biasanya saya mampu menebak dengan cukup jitu
bagaimana cerita akan berlanjut kemudian, untuk cerita Mrs. Funke ini
tebakan saya selalu meleset. So, menurut saya Funke mampu memberikan
twist yang brilliant dan memuaskan pembaca.
Jika anda
senang membaca cerita petualangan dan fantasi sekaligus, Trilogi
Inkworld akan menjadi salah satu pilihan yang sangat tepat.
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 3
oleh Bzee dan Read Big Mbak Dessy di Ngidam Buku. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini dan disini.
No comments:
Post a Comment