Pages

2.19.2013

Kilas Buku: The Railway Children

Judul: The Railway Children
Pengarang: Edith Nesbit
Alihbahasa: Widya Kirana
Tebal: 312 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: II / Juni 2010
Rating: 4/5
Usia layak baca: mulai dari 8 tahun

Roberta, Peter dan Phyllis merupakan anak-anak yang hidup berkecukupan dan bahagia. Mereka memiliki ayah dan ibu yang sangat menyayangi mereka, juga para pelayan yang selalu memenuhi kebutuhan mereka. Meski begitu mereka tidak menjadi manja dan sombong karenanya. Mereka selalu bersikap baik dan ramah berkat didikan orang tuanya. Dan sikap inilah yang sangat berguna di kemudian hari ketika ayah pergi tiba-tiba dan keluarga mereka tiba-tiba jatuh miskin dan berada dalam keadaan sulit.


Novel ini pada awalnya merupakan cerita bersambung yang dimuat di The London Magazine sepanjang tahun 1905 dan mulai diterbitkan dalam bentuk novel pada tahun 1906. Saya pribadi menyukai cerita dalam novel ini, ditambah terjemahan kedalam bahasa Indonesia yang juga cukup baik sehingga cerita dapat dibaca dengan menyenangkan.

Banyak nilai moral yang terdapat dalam novel ini, dan mungkin saya hanya menyebut sebahagian saja. Seperti bagaimana ibu dari Bobby, Peter dan Phil mendidik mereka dengan penuh kasih sayang dan kelembutan namun tidak menjadikan mereka manja. Sehingga ketiga anak itu tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, berani dan senang membantu orang lain. Bahkan dari mulut-mulut mereka seringkali keluar kata-kata bijak yang dapat dijadikan renungan. Seperti apa kata Bobby berikut:
"Kurasa setiap orang mau berkawan dengan kita jika kita bersikap bersahabat."
Atau kata Peter berikut;
"Segala sesuatu pasti ada akhirnya, yang penting kita terus maju."

Dua kata-kata diatas hanyalah sekian dari banyak dialog yang sedikit banyak dapat mencerahkan para pembaca. Novel ini cocok dibaca anak-anak dengan rentang usia mulai dari 8 tahun.
***
Ulasan ini diikutsertakan pada FYE; Fun Year Event with Children's Lit: Fun Month 1. Bagi yang ingin ikut serta silakan lihat syarat dan ketentuan disini.


1 comment: