Pages

7.04.2012

Kilas Buku: Allah swt, Pulsa dan Komik Jepang: Menelusuri Jejak Tauhid

Judul Buku: Allah swt, Pulsa dan Komik Jepang: Menelusuri Jejak Tauhid
Penulis: Tauhid Nur Azhar
Penerbit: Cicero Publishing
Terbit: Juni 2008
Tebal: 201

Menelusuri Jejak Tauhid pun merupakan judul yang oke dan bermakna ganda yang keren menurut saya. kenapa? Ya, karena pertama, menelusuri jejak tauhid bisa diartikan menelusuri keberadaan Tuhan dan keesaan-Nya seperti yang telah saya kemukakan diatas. dan yang kedua, menelusuri jejak tauhid bisa diartikan menelusuri jejak atau cerita hidupnya si-Tauhid, sang pengarang buku ini. Nyambung kan? Menarik kan? Hebat yang bikin judul. Entah sengaja atau tidak mau buat sub judul seperti ini, tapi semuanya bermuara pada hal yang saling terkait yakni tentang cerita si-Tauhid dalam rangka mengenal Ketauhidan Tuhan.

Saya hanya butuh seharian membaca buku ini. Di tempat tidur kosan, di kantor tempat magang, di bus way dan di angkot yang alhamdulillah lampunya cukup terang menerangi saya membaca pada senja yang gelap. Sambil menahan guncangan jalan raya yang rusak (nakal betul Dila ini, udah tau minus dan silindernya gede betul, tapi masih aja suka baca di angkot. Kata guru fisika SMP itu justru bikin mata makin rusak), saya berusaha menahan air mata dan tawa saya ketika membaca kisahnya pak Tauhid. Mengharukan dan benar-benar membuat iri (aduh ngapain iri sih, manusia kan ditakdirkan memiliki rezeki masing-masing). Semua kisahnya saya suka. Namun ada satu artikel yang saya kurang mengerti, yakni yang mengenai ikan salmon. Atau saya yang bebel yah, hehe. Dan yang paling membuat saya terharu ialah tiga kisah terakhir yang tercatat di daftar isi. So sweet!

Hidup ini memang indah, terutama bagi mereka yang bisa memaknai dan mengambil hikmahnya. Dan hidup ini adalah sebuah satu paket perjalanan menyenangkan termasuk suka dan dukanya, juga pahit, getir, asam, asin hingga manisnya. Namun sayang, ternyata banyak yang tidak bisa mengambil hikmah dan mengambil sisi keindahan dari kehidupan yang dimilikinya. Sehingga yang ada hanyalah kesempitan dan kesempitan. Penuh sesak dan ditekan dengan makhluk yang bernama ‘stress’ sehingga bisa menimbulkan penyakit kanker. Ya ga pak Tauhid :) ?

Ah, Cuma segini yang bisa saya ulas. Tidak sebagus Om Pepeng yang menulis kata pengantar buat bukunya pak Tauhid ini tentunya. Tapi saya senang bisa menuangkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan. Dan ini seperti biasanya, ya seperti biasanya. Saya selalu menulis tentang mereka yang saya kagumi (termasuk pak Tauhid. Semoga kapan2 bisa ketemu dan bisa wawancara seperti wawancara saya pada semua orang yang saya kagumi) seperti tukang sayur berwajah teduh, tukang Koran yang selalu ber-ikhtiar, atau kisah tentang adik saya yang buta sebelah, atau pula ketika saya bercengkrama dengan capung. Semoga bermanfaat. :)

No comments:

Post a Comment