Top Social

Grand Story: A Magazine for Urban People

|




Suatu siang Pak Pos membawa bingkisan, berisi sebuah majalah dengan sampul depan dan isi yang juga menarik. Sudah lama sekali saya tidak membaca majalah, maka saya merasa mendapat bahan segar yang untuk dibaca.

Liberating Literacy
Pembebasan literasi adalah tema yang diusung Grand Story pada edisi nomor 14. Payung besar yang menjadi topik utama adalah masalah minat baca masyarakat Indonesia yang berada di peringkat paling rendah dalam berbagai penelitian tentang literasi. Seolah-olah bangsa kita yang besar ini sangat terpuruk dalam hal pengetahuan dan keilmuan, wong baca aja malas.

Maka dalam sub Figure Story, beberapa wawancara dengan penulis papan atas Indonesia ditampilkan, yakni, Aan Mansyur, Agustinus Wibowo, dan Dewi Lestari. Mereka punya pendapat yang beragam terkait payung besar tadi. Aan menganggap pemerintah Indonesia kurang mendorong budaya literasi untuk diterapkan di masyarakat. Seringkali masyarakat tenggelam dalam permasalahan politik yang terus menerus digetok-tularkan melalui media. Agustinus berpendapat bahwa kualitas produk buku di Indonesia kurang berkualitas, kebanyakan buku yang beredar adalah yang berjenis fiksi ringan dan tidak multitafsir. Masyarakat justru malas diajak untuk membaca buku non-fiksi yang bertemakan politik dan sejarah, juga filsafat, padahal dengan bacaan tersebut kualitas pengetahuan masyarakat bisa menjadi unggul. Sementara itu, Dewi menyoroti kebijakan industri perbukuan. Masyarakat masih menganggap buku adalah barang mahal yang tidak harus dibeli. Mahalnya harga buku disebabkan banyak faktor, mulai dari harga produksi, distribusi, hingga pajak.

Dihadapkan dengan fenomena jebloknya minat baca masyarakat kita, ketiga penulis tersebut sama-sama kurang setuju. Karena pada dasarnya masyarakat Indonesia bukan malas membaca, hanya saja banyak indikasi yang masih harus dianalisa, mulai dari akses buku yang masih sulit ke daerah pelosok, harga buku yang masih mahal bagi sebagian besar masyarakat, teknologi perbukuan (membaca secara online) yang masih asing di telinga masyarakat desa, dll.

Perpustakaan Independen
Satu lagi profil yang masuk ke dalam Figure Story, yakni, Kathlen Azali, pendiri C2O Library & Collabtive. Jika anda pernah mengunjungi dan bahkan menjadi anggota perpustakaan institusi British Council, atau berbagai pojok bacaan yang dikelola institusi swasta, kurang lebih C2O Library sama seperti itu. Hanya saja C2O dimiliki dan dikelola secara personal (mandiri).



Koleksi buku yang dimiliki C2O cukup beragam, terutama desain grafis, sejarah, politik, dan sains popular. Genre yang disebut tadi biasanya kurang populer di masyarakat, namun paling banyak dicari di setiap perpustakaan, termasuk di C2O. Adanya perpustakaan yang dikelola secara mandiri seperti ini sangatlah membantu masyarakat yang bergelut di dunia akademis, apalagi jika koleksi buku yang ada dalam daftar merupakan buku langka yang jarang ditemui di toko buku, ataupun secara daring.

Beragam Tema
Ulasan saya barusan membuat Grand Story seolah-olah adalah majalah sastra yang hanya fokus pada dunia literasi. Padahal seperti yang saya bilang di awal, majalah ini selalu memiliki tema yang unik. Di lain kesempatan, Grand Story menerbitkan berbagai isi dengan payung besar media, mulai dari awal mulanya hingga keberadaannya saat ini.

Maka, saya rasa, Grand Story dapat menjadi salah satu pilihan bacaan berkala yang bermutu bagi kaum urban. Termasuk kita salah satunya ya.


Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature