Top Social

Kilas Buku: Khotbah di atas Bukit

|


Baru kemarin saya menulis ulasan "Khotbah di atas Bukit" untuk dikirimkan ke salah satu media daring. Entah kali ini akan dimuat ataukah tidak. Yang jelas, kali ini saya kembali menulis ulasan tentang buku yang sama dengan bahasa yang lebih ringan. [update] Ternyata resensi saya dimuat di situs basabasi.co, boleh dibaca yuk di sini.

Bagi saya, karya-karya Kuntowijoyo adalah sastra yang sederhana dan mudah dicerna tanpa mengurangi keindahan maknanya. Namun "Khotbah di atas Bukit" sepertinya sedikit berbeda dari karangan Kuntowijoyo lainnya. Ia dipenuhi simbol kehidupan yang harus dimaknai sendiri oleh para pembaca. Sehingga orang awam seperti saya sedikit kesulitan memahami maksud dan jalan cerita yang berusaha ditampilkan penulis.

"Khotbah di atas Bukit" bercerita tentang seorang lelaki tua bernama Barman yang ingin menghabiskan masa tuanya dengan tenang. Maka ia pun tinggal di sebuah rumah di gunung bersama seorang perempuan muda bernama Popi. Barman sangat bahagia karena ia dapat menghabiskan sisa waktunya hanya dengan leyeh-leyeh dan mereguk segala isi dunia; kenyamanan dari rumah, kehangatan bersama Popi, dan keindahan dari bukit dan bunga-bunga.

Suatu ketika ia bertemu Humam yang mengajaknya untuk memandang hidup dengan sudut pandang yang berbeda. Humam berkata ia telah meninggalkan semua yang ia miliki. Dan ia berpendapat kematian adalah sesuatu yang tidak menyakitkan. Ia malah membebaskan jiwa dan raga. Barman terkesan dengan kata-kata Humam. Ia pun berubah, ingin mengikuti kata Humam. Popi, dan semua keindahan berani ia tinggalkan.

Seperti karya Kuntowijoyo lainnya, "Khutbah di atas Bukit" memiliki tema yang serupa. Ia mengusung dua hal yakni kehidupan dan kematian. Sebelum bertemu dengan Humam, Barman adalah manusia yang suka bersenang-senang. Ternyata kesenangan itu semu semata. Pada akhirnya manusia akan kembali sendirian dan kesepian. Itulah yang diputuskan oleh Barman pada akhirnya.

Saya sejujurnya tidak terlalu suka dengan jalan penceritaan yang dipilih kali ini oleh Kuntowijoyo. Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, mungkin karena ia menggunakan banyak simbol yang tidak dimengerti oleh orang awam. Saya mengerti isi cerita yang disampaikan, sayangnya hal itu tidak dibarengi dengan kemudahan alur cerita. Padahal kalau dibuat lebih mudah, akan ada banyak pembaca yang menerima pesan yang tersirat, seperti orang-orang pasar yang mengikuti Barman dalam cerita.

Tiga bintang untuk buku ini.

Data buku

Judul: Khotbah di atas Bukit
Pengarang: Kuntowijoyo
Cetakan: I, Mei 2017 (terbit pertama kali 1976)
Tebal: 223 halaman
Penerbit: Diva Press
ISBN: 978-602-391-403-6
Be First to Post Comment !
Post a Comment

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Custom Post Signature